Sukses

BKPM Minta Dubes RI Agresif Lobi-lobi Investasi Asing

Sektor yang menjadi andalan BKPM dalam memenuhi target investasi dalam negeri adalah sektor industri pengolahan.

Liputan6.com, Jakarta - Para Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk negara lain mempunyai peran besar di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Selain menjadi marketing produk nasional ke mancanegara, para dubes juga diminta aktif melakukan lobi-lobi investasi atau diplomasi dalam upaya menarik investasi asing langsung alias foreign direct investment (FDI) ke Indonesia.

Demikian disampaikan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dalam acara Rakor Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri, Rabu (3/2/2015) di Jakarta.

Menurut Franky, perwakilan Indonesia di luar negeri diharapkan dapat menyebarluaskan informasi tentang upaya pemerintah Jokowi dalam memperbaiki iklim investasi kepada investor di negara tempatnya bertugas. Salah satu langkah terbaru mengintegrasikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di pusat dan daerah yang belum lama ini dirilis Presiden Jokowi.

“Pemerintah menerapkan paradigma baru dalam dunia investasi yaitu mulai penerapan rezim pelayanan. Dengan PTSP ini, saya yakin keluhan utama investor asing untuk masuk ke Indonesia, selain infrastruktur dan logistik, dapat teratasi,” jelas Franky dalam keterangan resminya.

Franky menambahkan, ada empat hambatan utama investor dalam berinvestasi di Indonesia. Pertama, infrastruktur dan logistik. Kedua, perizinan yang tidak transparan dan berbelit-belit. Ketiga, tumpang-tindih peraturan dan terakhir, persoalan hubungan industrial.

Katanya, persoalan infrastruktur dan logistik diatasi pemerintah melalui rencana pembangunan infrastruktur, seperti tol laut, akses jalan kereta api, pembangkit listrik dan berbagai proyek lain. 

"Dengan sinergi ini, saya optimistis target penarikan investasi asing di 2015 sebesar Rp 343,7 triliun dari keseluruhan target Rp 519,5 triliun tercapai," harap dia.

Lebih jauh sambung Franky, sektor andalan BKPM dalam memenuhi target tersebut adalah sektor industri pengolahan dan hilirisasi (sektor sekunder) Rp 267,5 triliun, sektor jasa dan infrastruktur (sektor tersier) sebesar Rp 163,6 triliun, serta sektor primer Rp 88,4 triliun.

Sementara dari negara asal yang diharapkan menyumbang investasi asing adalah Singapura dan negara ASEAN lainnya, seperti China, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.

“Kami juga akan berkoordinasi dengan perwakilan RI di luar negeri untuk menjaring minat investasi. Jadi diharapkan mereka dapat menjalankan peran utamanya dalam memfasilitasi investasi masuk ke Indonesia serta mendorong dan melindungi perusahaan Indonesia untuk menjadi pemain di tingkat global”, pungkas Franky. (Fik/Gdn)