Liputan6.com, New York - Harga minyak yang terus turun sejak Juni tahun lalu, membuat para produsen minyak Amerika Serikat cukup sibuk mempertahankan laba perusahaan. Kini, para produsen minyak AS kembali dibuat pusing dengan aksi mogok kerja yang digelar para serikat pekerja di sektor perminyakan.
Mengutip laman CNN Money, Selasa (3/2/2015), serikat pekerja United Steelworkers mengajak serikat pekerja lain di sembilan kilang minyak AS untuk berhenti bekerja setelah kontrak nasional di sejumlah tambang minyak berakhir pada Senin pukul 00:00 waktu setempat.
Sejumlah negosiasi antara serikat pekerja dan para produsen minyak terbesar di AS seperti Shell dan ExxonMobil masih terhenti tanpa kesepakatan. Union Steelworkers sepakat menolak tawaran kelima dari perusahaan.
Advertisement
Sementara dikutip dari Bloomberg, salah satu kilang minyak di AS terpaksa ditutup setelah para serikat pekerja meninggalkan lokasi kerja dan menggelar aksi demo terbesar sejak 1980. United Steelworkers mewakili para pekerja di lebih dari 200 kilang minyak, terminal, saluran pipa dan pabrik kimia yang berhenti bekerja sejak Senin waktu setempat.
Para pekerja tersebut meninggalkan lokasi tambang yang mewakili 10 persen dari kapasitas penyulingan minyak di AS setelah kontrak berakhir. Serikat tersebut menolak lima tawaran yang diusulkan Royal Dutch Shell Plc mewakili perusahaan-perusahaan termasuk ExxonMobil Corp dan Chevron Corp sejak diskusi digelar pada 21 Januari.
Sementara itu, Tesoro Corp telah menutup setengah dari operasinya yang memproduksi 166 ribu barel minyak per hari.
Hingga saat ini masih belum jelas seberapa besar dampak aksi mogok tersebut pada industri energi AS yang tengah kelimpungan menghadapi rendahnya harga minyak dunia. Shell dan produsen minyak lain telah mengurangi anggaran belanja karena rendahnya harga minyak.
"Shell akan melakukan negosiasi secepat mungkin agar para karyawan kembali bekerja," ungkap Juru Bicara Shell Ray Fisher.
Juru Bicara ExxonMobil Todd Spitler mengatakan, perusahaannya akan secara aktif melakukan negosiasi dengan serikat kerja tersebut. Pembahasan National Oil Bargaining dimulai sejak 50 tahun lalu, dan berisi kontrak kerja para pegawai di sedikitnya 65 kilang di AS.
United Steelworkers mengatakan inti permintaannya adalah kenaikkan gaji tahunan, asuransi kesehatandalam jumlah lebih besar, pemangkasan jumlah kontraktor di luar serikat pekerja yang bekerja di sejumlah lahan tambang dan penyulingan serta peningkatan keamanan. (Sis/Ndw)