Sukses

Harga Minyak Anjlok, Ini Skenario RI Genjot Setoran Migas

SKK Migas telah mendesain dua skenario penerimaan migas dari perubahan asumsi makro.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kinerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) telah mendesain dua skenario penerimaan migas dari perubahan asumsi makro. Dua skenario itu mencakup, biaya yang ditagihkan kepada negara (cost recovery) dan penerimaan kotor maupun bersih yang bisa diraup negara dari kegiatan produksi migas di Tanah Air.

Menurut Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, skenario tersebut mempertimbangkan penurunan asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) daru US$ 70 menjadi US$ 60 per barel, target produksi atau lifting minyak bumi dari 849 ribu barel menjadi 825 ribu barel per hari.

Penaikan lifting gas bumi menjadi 1.221 ribu barel per hari dari sebelumnya 1.177 barel per hari serta pelemahan asumsi kurs rupiah dari Rp 12.200 menjadi Rp 12.500 per dolar AS.

"Kami sudah siapkan beberapa skenario. Ada lima skenario, tapi kami fokuskan dulu dua skenario," ujar Amien saat Rapat Panja Penerimaan Migas di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/2/2015).

Lebih jauh dia menjelaskan, skenario pertama, apabila cost recovery ditetapkan US$ 16,5 miliar, maka negara dapat mencetak penerimaan migas kotor senilai US$ 34,2 miliar setahun. Sementara penerimaan migas bersih sebesar US$ 15,32 miliar.

"Skenario kedua, cost recovery US$ 14,09 miliar, dengan asumsi makro tetap, maka penerimaan kotor mencapai US$ 34,28 miliar dan penerimaan migas bersih US$ 14,99 miliar," ujarnya.

Menurut Amien, ada sejumlah proyek migas rampung pada tahun ini, seperti lapangan GG, Bunyu, lapangan Ranto, Gunung Kemala, Musi Timur, pengembangan proyek Abab. Sementara lapangan Migas Subang, Bukti Tua, akan memulai produksi awal di kuartal II, III dan IV 2015. Sedangkan lapangan Banyu Urip yang akan berproduksi penuh di kuartal IV tahun ini. (Fik/Ndw)