Liputan6.com, Jakarta - Langkah penghentian impor jeroan sapi yang diambil oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan) dinilai tidak memberikan pengaruh pada penjualan jeroan di pasar tradisional.
Salah satu pedagang daging dan jeroan sapi di PD Pasar Jaya Pasar Mampang, Jakarta Selatan, Soleh (42) mengatakan, hal ini karena daging dan jeroan yang pasok ke pasar tersebut berasal dari peternakan lokal, bukan dari impor.
"Saya rasa tidak ada pengaruhnya. Soalnya kita di sini pasok dari lokal, dari tempat pemotongan di Depok dan Cilangkap. Jadi bukan dari impor," ujar Soleh saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (4/2/2015).
Advertisement
Menurut Soleh, alasan para pedagang enggan mengambil jeroan asal impor karena dikhawatirkan jeroan tersebut sudah busuk ketika tiba di pasar. Terlebih lagi, jeroan merupakan bagian dari sapi yang mudah membusuk jika tidak disimpan dengan baik.
"Kalau yang lokal pasti masih segar. Kalau dari impor tidak ada yang jamin itu masih segar atau sudah busuk. Kita juga nggak berani jual yang impor," lanjut dia.
Soleh juga mendukung langkah pemerintah untuk menyetop impor ini. Menurut dia, lebih baik jika jeroan tersebut dipasok dari dalam negeri karena kebutuhan yang juga tidak besar.
"Jeroan juga tidak banyak, paling yang mencari itu penjual makanan seperti tukang soto atau warteg. Kalau ibu rumah tangga jarang yang beli jeroan. Jadi harusnya dipasok dari lokal pun cukup," tandas dia.
Seperti diketahui, Kemendag telah menegaskan tidak lagi mengeluarkan izin impor jeroan. Langkah ini diambil setelah sebelumnya melakukan koordinasi dengan pihak Kementan.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan mengatakan hal ini juga menepis berita menyebutkan bahwa impor jeroan ini masih akan dilakukan namun dikurangi 20 persen.
"Jeroan impor dilarang sepenuhnya. Pada triwulan I 2015 sudah kita larang. Jadi bukan 20 persen," kata Partogi. (Dny/Ahm)