Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menilai kenaikan target penerimaan pajak sebesar 40,3 persen yang ditetapkan pemerintah tidak realistis.
Ketua Umum APINDO, Haryadi Sukamdani mengatakan bahkan target yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut bukan hanya tidak realistis, tetapi sudah ngawur.
"Kenaikan target pajak ini luar biasa tinggi. Bayangkan kenaikan 40,3 persen dari Rp 1.058, triliun menjadi Rp 1.484,6 triliun. Ini bukan hanya tidak realistis tetapi ngawur," ujar Haryadi di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (4/2/2015).
Advertisement
Dia menjelaskan, target tersebut sangat tidak realistis dalam situasi seperti saat ini karena masih terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi bahkan pada beberapa sektor industri seperti batu bara dan kelapa sawit mengalami penurunan harga yang signifikan.
Selain itu, sektor properti juga mulai stagnan, sektor ritel yang mulai menurun, sektor perhotelan dan pariwisata yang tingkat huniannya mengalami penurunan secara drastis serta sektor lain yang juga menunjukan gejala penurunan kinerja.
"Ini sangat tidak realistis karena saat ini dunia usaha tidak banyak mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu hanya 5,1 persen. Kenaikan Rp 400 triliun itu akan ditutup dari mana? Ini bukan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tapi akan terjadi adanya distorsi ekonomi," jelas dia.
Seperti diketahui, meski belum disahkan melalui sidang paripurna DPR, pemerintah telah menetapkan target penerimaan pajak, bea dan cukai 2015 sebesar Rp 1.484,6 triliun yang terdiri dari pajak non-migas Rp 1.244,7 triliun, bea dan cukai Rp 188 triliun, dan PPh migas Rp 55,5 triliun. Target ini meningkat 40,3 persen dari realisasi penerimaan 2014 yang sebesar Rp 1.058,3 triliun. (Dny/Ahm)