Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah ditutup naik lebih dari 4 persen pada Kamis (Jumat pagi WIB) karena meningkatnya kekerasan di Libya dan keputusan pelonggaran moneter dari Bank Sentral China diharapkan permintaan minyak.
Dilansir dari Reuters, Jumat (6/2/2015), patokan minyak mentah berjangka jenis Brent ditutup naik US$ 2,41 atau 4,5 persen menjadi US$ 57,57 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS)yang juga dikenal sebagai West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 2,03 atau 4,2 persen ke level US$ 50,48 per barel.
Serangan di sebuah ladang minyak di Libya oleh kelompok bersenjata telah mendongkrak harga minyak, meski konflik tersebut tidak mempengaruhi produksi. Sebuah serangan pada kapal tanker dari Nigeria dan pelonggaran moneter oleh China yang bisa meningkatkan permintaan minyak juga memberikan dukungan terhadap harga minyak.
Advertisement
Para pedagang dan analis memperkirakan harga minyak mentah akan terus bergerak bak rollercoaster dimulai sejak Jumat pekan lalu. Namun, tak banyak yang yakin kenaikan harga minyak akan terus berlanjut mengingat melimpahnya stok minyak di AS.
"Ini hanya sentimen pasar berubah karena semakin banyak pemain mulai percaya AS akan melakukan pengurangan produksi sehingga akan memangkas pasokan minyak dang berlebihan,"Â kata Dominick Chirichella, dari Energy Management Institute, New York.
Harga minyak Brent turun hampir 7 persen dan 9 persen WTI pada perdagangan kemarin, setelah pemerintah AS mengatakan stok minyak mentah naik 6,3 juta barel pada pekan lalu mencetak rekor tertinggi di atas 413 juta barel. (Ndw)