Liputan6.com, Semarang - Produsen jamu PT Sido Muncul Tbk, mengupayakan jaminan pasokan bahan baku dengan memberdayakan banyak pihak. Setelah mengajak masyarakat tepi hutan, kini memperluas kerjasama dengan menggandeng Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) untuk membudidayakan tanaman herbal, bahan baku jamu.
Â
Kerjasama yang dituangkan dalam sebuah nota kesepahaman itu, mewajibkan Sido Muncul harus memberi pelatihan pembudidayaan tanaman obat.
Â
Menurut Direktur Utama PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat, jumlah tuna netra di Indonesia lebih dari 3,5 juta orang. Sebanyak 50 ribu diantaranya sudah masuk anggota Pertuni.
Â
"Jutaan orang itu karena keterbatasannya, kadang mereka masih mengalami diskriminasi. Termasuk saat mengakses layanan publik, pekerjaan, transportasi umum dan lain-lain," kata Irwan usai membuka workshop budidaya tanaman obat di kompleks pabrik Sido Muncul, Semarang, Senin (9/2/2015).
Â
Berdasar hal itulah, maka para penyandang tuna netra dilatih mengenali tanaman obat melalui aroma yang khas. Tahap berikutnya adalah dengan pelatihan menanam, merawat, memanen, hingga perlakuan hasil panenan.
Â
"Ini lanjutan dari kerja pemberdayaan kami hingga melahirkan 'desa rempah' di lima desa dua kabupaten. Juga lanjutan dari pemberdayaan masyarakat hutan," kata Irwan.
Â
Irwan Hidayat menambahkan bahwa tahap awal ini pihaknya melibaatkan 21 peserta dari Pertuni, diharapkan mereka bisa menularkan ilmunya kepada sesamanya.
Â
Hadir dalam kesempatan ini, ketua umum Pertuni Aria Indrawati dan pembina Pertuni, Moh (Bob) Hasan. Dalam sambutannya Aria menyambut baik kerjasama dengan Sido Muncul ini. Ia mengharapkan, dengan kesempatan yang diberikan Sido Muncul akan mampu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan para penyandang tuna netra.
Â
"Bukan hanya anggota Pertuni, namun seluruh penyandang. Hakekatnya Pertuni berjuang untuk kesetaraan sosial bukan untuk anggotanya saja, namun seluruh penyandang tuna netra. Dengan pelatihan ini, diharapkan mampu memanfaatkan lahan sendiri dan mandiri," kata pembina Pertuni Bob Hasan.
Â
Ditambahkan kegiatan ini diharapkan merangsang para penyandang tuna netra seperti saat ia membina napi di Nusakambangan untuk menghasilkan batu mulia (akik). Kini mereka banyak yang sudah bebas dan merasakan booming harga batu akik.
Â
"Saya yakin, ke depan ada tren perpindahan pengobatan dari kimia menjadi herbal. Jika itu terjadi, para penyandang tuna netra tentunya sudah sangat siap," kata Moh Hasan.
Â
Secara khusus, pelatihan kali ini memang ditujukan untuk memperluas pasokan bahan baku jamu. Bukan hanya produksi Sido Muncul, namun juga produsen lain.
Â
Selain itu, para penyandang tuna netra yang berada di wilayah pedesaan, sangat jarang tersentuh program pemberdayaan, sehingga program ini mayoritas diikuti dari penyandang tuna netra di pedesaan.Â
Â
"Nggak mungkin kita menyumbang kasur dan pelatihan pijat. Ke depan mereka harus jadi wirausahawan," kata Bob. (Edhie/Nrm)
Â
Â