Sukses

Tutup Akibat Banjir, Mal Kehilangan Rp 12 Miliar per Hari

"Akibat banjir, traffic pengunjung ke mal turun 40 persen," kata Ketua APPBI DKI Jakarta, Ellen Hidayat.

Liputan6.com, Jakarta - Banjir yang terjadi di beberapa titik di ibukota memberikan dampak serius pada bisnis pusat perbelanjaan modern atau mal. Kerugian materiil yang diakibatkan banjir tersebu hingga miliaran rupiah.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, jika pusat perbelanjaan harus tutup akibat tergenang banjir, maka pusat perbelanjaan tersebut memiliki potensi kerugian hingga Rp 12 miliar per hari.

"Banjir kalau mal-nya sampai tutup, bisa dihitung dari harga sewa rata-rata per hari. Kalau mal dengan luas 80 ribu meter persegi, seharusnya ada perputaran uang Rp 12 miliar per hari. Jadi kalau tutup dia Itu kan oportunity lost, kehilangan kesempatan menjual, sedangkan gaji karyawan tetap," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Kamis (12/2/2015).

Meski belum ada laporan dari pusat perbelanjaan yang mengalami kerugian hingga sebesar itu, namun Ellen menyatakan bahwa selama masih terjadi banjir, jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan mengalami penurunan hingga 40 persen dibandingkan normal.

"Tetapi yang pasti akibat banjir, traffic pengunjung ke mal turun 40 persen," lanjut dia.

Menurut dia, hingga saat ini pusat perbelanjaan yang terkena dampak paling besar akibat banjir di ibukota yaitu yang terletak di kawasan Kelapa Gading. Meski di dalam pusat perbelanjanya tidak tergenang, namun akses jalan di kawasan tersebut lumpuh total akibat banjir.

"Karena jalurnya lumpuh total dan di sana juga ada beberapa mall. Kalau di wilayah (Jakarta) selatan lebih aman. Tetapi ini kan bukan salah mal, karena ini keadaan darurat yang sulit diperkirakan," tandasnya. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini