Sukses

Farah Quinn Keluhkan Produk Pangan RI yang Berpengawet

Farah mengimbau pemerintah dapat menegakkan aturan untuk meningkatkan kualitas pangan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Ada yang berbeda dalam penyelenggaraan acara Jakarta Food Security Summit ke-3. Dalam sesi Panel Diskusi tentang Pertanian, Peternakan dan Perikanan Berkelanjutan, hadir wanita cantik yang sering tampil di layar kaca dalam program televisi memasak.

Ya, dia adalah Farah Quinn, seorang Chef sekaligus public figure. Dalam acara tersebut, Ibu dari satu putra ini tampil anggun dengan balutan blazer coklat dipadankan dengan kalung silver. Rambut panjang dan hitamnya dibiarkan tergerai sehingga menambah kecantikannya.

Farah duduk manis di antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Regional Director for Asia for Norwegia Seafood Council, Edimon Ginting sebagai Deputy Country Director of ADB. Farah menjadi pembicara dalam acara JFSS 2015 untuk Panel Diskusi ke-4 dan menyampaikan paparannya setelah kelima pejabat lain lebih dulu memberikan materi.

"Dulu saya tinggal di Curug, banyak jajanan gulali, cilok dan lainnya. Ketika kecil, saya membeli jajanan, bahan pangan di pasar tradisional pakai sandal jepit, becek, kotor banyak sampah. Bahan pangan itu untuk diolah atau dimasak di dapur," ucap dia.

Namun Farah merasa sedih karena panganan atau jajanan saat ini sudah mengandung banyak bahan pengawet, seperti boraks, formalin dan sebagainya. Kondisi tersebut membuatnya merasa takut dan khawatir terhadap kesehatan banyak orang.

"Di Supermarket juga banyak produk bertuliskan ekspor, tapi kenapa kita hanya menerima makanan yang berkualitas rendah. Kita ingin mendapatkan makanan enak, bergizi seperti di Norwegia dan Selandia Baru karena banyak makanan yang nggak sesuai labelnya. Padahal kita harus tahu apa yang kita makan dan masuk dalam tubuh," papar dia.

Atas dasar itu, Farah mengimbau pemerintah dapat menegakkan aturan untuk meningkatkan kualitas pangan di Indonesia, mulai dari bahannya, pengemasan, pengolahannya. Sehingga masyarakat hanya akan menemukan produk pangan berkualitas di pasar tradisional maupun pasar modern. (Fik/Ndw)