Liputan6.com, Jakarta - Keputusan pengadilan mengenai permohonan praperadilan Komjen Pol Budi Gunawan ternyata tak mempengaruhi minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam berinvestasi, investor lebih melihat iklim investasi seperti kemudahan perizinan dan kondisi nilai tukar rupiah.
Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Anggito Abimanyu mengatakan, konflik antar lembaga pemerintah di Indonesia yaitu antara Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK)Â hanya menjadi isu dalam negeri. Oleh karena itu, investor asing tidak begitu melihat konflik tersebut sebagai halangan untuk berinvestasi.
"Kekhawatiran tidak ada. Saya lihat itu hanya konsumsi domestik," kata Anggito, di kantor Bank BRI Jakarta, Senin (16/2/2015).
Anggito mengungkapkan, para investor asing sudah mulai terbiasa dengan iklim perpolitikan di Indonesia yang penuh dinamika. "Saya kira pengusaha sudah biasa kondisi politik dinamis," tuturnya.
Saat ini, investor lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan data-data ekonomi dalam berinvestasi. Menurut Anggito, Indonesia memilki daya tarik tersendiri bagi investor, selain karena inflasi yang diperkirakan hanya sebesar 5 persen, target pertumbuhan ekonomi nasional juga dipandang cukup realistis. Hal tersebut membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya.
"Jelas Indonesia negara yang cukup menarik karena menawarkan return tinggi, pertumbuhan 5 persen nilai tukar masih atraktif," paparnya.
Di tahun ini, pemerintah memang memasang target investasi yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pemerintah memasang target investasi sebesar Rp 519,5 triliun atau meningkat lebih dari 14 persen dibanding realisasi investasi senilai Rp 456,6 triliun di 2014.
Kepala BKPM, Franky Sibarani menyatakan, target investasi sebesar Rp 519,5 triliun terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 175,8 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 343,7 triliun.
"Target itu diharapkan dari industri pimer prioritas, seperti peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan, tanaman pangan senilai Rp 97,6 triliun. Industri sekunder dari manufakturing dan hilirisasi senilai Rp 211,9 triliun serta industri dan jasa, perdagangan, telekomunikasi, transportasi senilai Rp 147,1 triliun," ujar dia.
Dijelaskan Franky, pihaknya akan mengejar proyeksi investasi sebesar Rp 519,5 triliun dengan mengandalkan beberapa fokus strategi. Lanjutnya, pertama, BKPM tetap fokus pada sektor-sektor penting dalam mencapai target investasi tahun ini, seperti sektor kelistrikan, pertanian, maritim, industri padat karya dan industri yang berorientasi pada ekspor serta industri substitusi impor. (Pew/Gdn)
Keputusan Praperadilan Budi Gunawan Tak Pengaruhi Minat Investasi
Para investor asing sudah mulai terbiasa dengan iklim perpolitikan di Indonesia yang penuh dinamika.
Advertisement