Sukses

Redam Emisi Energi Fosil, ESDM Kembangkan Teknologi CCS

Penggunaan teknologi CCS tak bisa dihindari karena dunia akan mempertimbangkan Indonesia sebagai pengguna energi fosil yang besar.

Liputan6.com, Jakarta - Tingginya emisi gas buang yang dihasilkan oleh energi fosil membuat Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memutar otak mengembangkan peredam emisi. Salah satu teknologi yang dikembangkan saat ini adalah carbon capture and storage (CCS).

Menteri ESDM, Sudirman Said menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai ketergantungan tinggi kepada energi fosil yang menghasilkan emisi CO2. Saat ini, Indonesia banyak menggunakan sumber energi dari minyak bumi. Selain itu, Indonesia juga sedang meningkatkan sumber energi dari batu bara yang harganya lebih murah.

Namun memang, emisi gas buang yang dihasilkan oleh batu bara tak berbeda jauh dengan minyak bumi. "Sayangnya dalam waktu dekat kita masih tergantung ke batu bara. Itu bukan sumber energi yang bersih juga. Akibatnya emisi batu bara CO2 akan bertambah banyak," Kata Sudirman, di Jakarta, Selasa (17/2/2015).

Oleh karena itu, Kementerian ESDM melihat bahwa sudah saatnya Indonesia mengembangkan teknologi peredam emisi CO2. Salah satu teknologi yang diusulkan oleh Sudirman adalah CSS. Ia Meyakini teknologi tersebut mampu mereduksi emisi CO2 dari pembakaran bahan fosil yang mempunyai skala besar secara signifikan.

"Teknologi CCS perlu dikaji lebih dalam karena bisa memberikan dampak yang baik. Studi ini sudah cukup lama, sudah waktunya kita menginventarisir," ungkapnya.

Sudirman menambahkan, penggunaan teknologi CCS tak bisa dihindari karena dunia akan mempertimbangkan Indonesia sebagai pengguna energi fosil yang besar. Emisi yang dihasilkan energi fosil cukup besar menyumbang gas rumah kaca.

"Dunia akan memperhitungkan bagaimana perilaku kita dalam menggunakan energi fosil tersebut. CO2 komponen utama gas rumah kaca. Sebagai bentuk kepedulian, 60 persen dari biaya sendiri dan 40 persen dari global . Tidak ada jalan lain selain kita melakukannya," pungkasnya.

teknologi CCS sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju. Teknologi ini pada intinya adalah menangkap CO2 dari elemen penghasil CO2 yang besar misalnya pembangkit listrik berbahan bakar fosil. CO2 tersebut kemudian dikompresi menjadi cair agar mudah diangkut ke tempat penyimpanan yang sesuai.

Pengangkutan CO2 yang telah dikompresi tersebut bisa menggunakan berbagai jalur seperti pipa offshore atau kapal yang kemudian disimpan di tambang-tambang minyak atau gas yang sudah tua atau yang sudah tidak berproduksi.

Untuk diketahui, dalam laporan World Resources Institute yang dikeluarkan pada 2011, Indonesia adalah penghasil emisi karbon tertinggi keenam terbesar di dunia. Urutan pertama ditempati oleh China.

Berikut daftar negara-negara penghasil emisi gas buang terbesar di dunia:

  • China : 10,26 miliar ton
  • Amerika: 6,135 miliar ton
  • Eropa: 4,263 miliar ton
  • India : 2,358 miliar ton
  • Rusia : 2,217 miliar ton
  • Indonesia : 2,053 miliar ton
  • Brazil : 1,419 miliar ton
  • Jepang : 1,17 miliar ton
  • Canada : 847 million ton
  • Jerman : 806 million ton

(Pew/Gdn)