Sukses

Investor China Bakal Bangun Smelter Papua

Smelter yang dibangun di daerah Poumako Industrial Park di Timika akan menggunakan teknologi dari Kanada.

Liputan6.com, Jayapura - Pemerintah Provinsi Papua memastikan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral di Papua akan mulai beroperasi pada 2019. Smelter yang akan dibangun di daerah Poumako Industrial Park di Timika menggunakan teknologi dari Kanada.

Ketua Pembangunan Smelter Papua, Bangun Manurung mengatakan, smelter akan dibangun dari lokasi pelabuhan Timika yang jaraknya 3 kilometer dan akan dibangun di atas lahan 650 hektare (ha).

Nantinya dari pelabuhan itu, konsentrat bisa disalurkan melalui pipa. Sedangkan pembangkit listrik yang akan digunakan untuk operasional smelter ini juga dari berasal dari gas alam.

 "Infrastruktur pelabuhan sudah tersedia dan ada keleluasaan lahan untuk industri yang lain. Pabrik smelter ini akan menggunakan teknologi dari Kanada yang dikembangkan oleh ENFI, salah satu perusahaan dari Non Ferrous China Company (NFC). NFC ini juga yang telah membangung pabrik smelter di beberapa negara," kata Manurung yang ditemui di Kantor Gubernur Papua, Selasa (17/2/2015).

 Lanjut dia, teknologi dalam pabrik smelter ini meerupakan sistem continous process, sehingga panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik, sehingga tidak membutuhkan pasokan listrik yang besar.

 "Direncanakan kapasitas produksi tembaga katoda antara 150 ribu hingga 250 ribu ton per tahunnya, tergantung berapa ton konsentrat yang akan dipasok PT Freeport Indonesia," ungkapnya.

Nantinya, produk tembaga yang dihasilkan akan dijual untuk ekspor, namun jika ada permintaan domestik akan menjadi prioritas utama. Sementara asam sulfat yang dihasilkan seluruhnya akan diserap oleh Pabrik Amonium Sulfat di Timika atau Jawa Timur. Kemudian, Copper Slag dan gypsum yang dihasilkan akan dijadikan bahan baku pabrik semen yang akan dibangun di Papua. Sisanya akan dikirim ke pabrik semen terdekat.

 "Pabrik smelter dan refinery Tembaga Papua akan membutuhkan listrik 50 megawatt dan akan dipasok oleh Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)," ujarnya.

Pemprov setempat mengklaim pendanaan smelter Papua akan disupport penuh oleh Bank Investasi dari Amerika Serikat. pelaksaan pembangunan Pabrik Smelter dan Refinery olrh Non Ferrous China Company yang didanai oleh Bank of China dan setelah pabrik tersebut selesai pembangunannya, maka Bank Investasi dari Amerika Serikat akan melakukan take over pabrik. (Katharina Janur)