Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengapresiasi langkah Perum Bulog untuk melakukan operasi pasar agar menstabilkan harga beras. Untuk menstabilkan harga beras itu dinilai butuh distribusi barang yang mesti berjalan lancar.
"APINDO mendukung pemerintah mencari upaya menstabilkan harga komoditas. Ini tidak mudah tapi yang jelas Bulog sudah turun menjual langsung ke masyarakat. Ini akan membantu," ujar Ketua Apindo Shinta Widjaja Kamdani, Selasa (24/2/2015).
Baca Juga
Salah satu pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Ayong (52) menuturkan, lonjakan harga kali ini menjadi yang terbesar selama lima tahun terakhir.
Advertisement
"Ini lagi naik harganya, malah bisa dibilang yang tertinggi dalam lima tahun ini," ujar Ayong.
Dia mengatakan, harga semua jenis beras baik yang medium maupun premium naik antara Rp 2.000-Rp 2.200 per Kg dalam dua minggu terakhir.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, harga beras tinggi karena stok komoditas tersebut terbatas. Perum Bulog turun langsung untuk melakukan operasi pasar. "Jumlah pasokan kurang, makanya kita lihat masalah ini secara keseluruhan. Kalau nggak harganya naik terus," tandas dia.
Shinta juga menilai, langkah pemerintah menciptakan swasembada beras bukan langkah mudah. Hal itu karena swasembada beras membutuhkan jumlah pasokan memadai. Rencana pemerintah menghentikan impor beras pun tak bisa dilakukan secara langsung.
"Swasembada saya rasa tidak mudah, realitanya step by step. Kalau mau stop impor itu target yang kami capai. Swasembada adalah target yang dicapai. Tapi tidak semudah itu, untuk beras mesti ada upaya konsep dengan petani," tutur Shinta.
Dengan swasembada diharapkan harga pangan akan lebih murah. Meski begitu hal tersebut juga harus didukung oleh distribusi baik.
Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menargetkan program swasembada pangan dalam tiga tahun. Swasembada pangan untuk beras, jagung dan gula. (Amd/Ahm)