Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen mengenai kemungkinan kenaikkan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bisa terjadi kapan saja cukup membuat panik para investor. Pernyataan tersebut yang juga membuat rupiah akhirnya kembali melemah dan berkutat di kisaran 12.800-12.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Rabu (25/2/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 21 poin ke level 12.887 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 12.866 per dolar AS.
Baca Juga
Sementara data valuta asing Bloomberg, mencatat nilai tukar rupiah sempat melemah hingga 12.905 per dolar AS di awal sesi perdagangan hari ini. Masih melemah, rupiah tampak berkutat di kisaran 12.863-12.905 per dolar AS.
Advertisement
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina menjelaskan, pernyataan Yellen terkait kemungkinan suku bunga AS yang bisa naik kapan saja cukup membuat para investor panik. Kondisi tersebut yang kemudian ikut menekan rupiah.
"Tapi memang, kekhawatiran terhadap kenaikkan suku bunga AS telah mereda karena Yellen mengatakan akan bersabar sebelum mengakhiri masa suku bunga rendah. Pernyataan tersebut yang berhasil mengurangi tekanan terhadap rupiah," ujar Dian saat berbincang dengan Liputan6.com.
Intinya, menurut Dian, ketidakpastian di pasar masih tinggi meskipun Yellen mengatakan tak akan menaikkan suku bunga AS dalam waktu dekat. Tak hanya itu, isu kemungkinan keluarnya Yunani dari Eropa juga masih menjadi sentimen yang menekan nilai tukar rupiah.
Padahal saat ini, Dian menilai data-data ekonomi domestik masih cukup positif bagi rupiah.
"Rupiah sejauh ini sudah melemah cukup dalam di kisaran 12.800-an. Dalam beberapa waktu ke depan, rupiah bisa melemah ke kisaran 13.000-an," katanya.
Menurut Dian, yang terpenting, Bank Indonesia melakukan invtervensi saat volatilitas rupiah semakin tinggi. (Sis/Ndw)