Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tidak terlalu ambil pusing dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini. Pemerintah yakin bahwa pelemahan tersebut tidak mencerminkan faktor fundamental ekonomi nasional melainkan karena ada sentimen dari luar.Â
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini hingga sempat menyentuh level 13.000 per dolar AS sebenarnya cukup wajar. Penurunan nilai tukar rupiah tersebut juga dialami oleh penurunan mata uang lainnya. "Mata uang lain juga melemah terhadap dolar Amerika. Justru sebenarnya rupiah ini menguat terhadap beberapa mata uang lain. Itu tolong dilihat," jelasnya di Istana Kepresidenan usai Sidang Kabinet, Rabu (4/3/2015.
Untuk diketahui, setelah Bank Sentral China menurunkan suku bunga acuan pada Senin (2/3/2015) lalu, yuan tercatat anjlok ke level terendahnya sejak Oktober 2012. Selain yuan, dolar Singapura juga melemah 0,3 persen ke level 1,3657 per dolar AS dan merupakan level terendahnya sejak Agustus 2010. Itu terjadi di tengah ekspektasi pasar akan adanya pelonggaran kebijakan moneter pada April guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, ringgit Malaysia juga melemah setelah harga minyak turun dan dikhawatirkan dapat mengganggu surplus neraca transaksi berjalan dan memperlebar defisit fiskal Malaysia. Sedangkan won Korea juga merosot setelah data output industri Januari menunjukkan kinerja terburuknya dalam enam tahun terakhir.
Bambang melanjutkan, selama ini penanganan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah bukan kebijakan jangka pendek melainkan kebijakan jangka menengah dan panjang. "Kami terus berupaya bagaimana menjaga current account defisit," jelasnya.
Salah satu yang dilakukan akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Langkah menaikkan harga BBM tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya impor minyak mentah dan minyak olahan sehingga neraca perdagangan yang selama ini selalu defisit kembali surplus.
Selain itu, Bambang juga mengakui bahwa Bank Indonesia selama ini lebih berkonsentrasi untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah dibanding. Oleh sebab itu, Bank Indonesia terlihat tidak terlalu intervensi ketika nilai tukar rupiah tertekan.
Bank Indonesia juga sengaja melemahkan rupiah untuk membantu memperbaiki neraca perdagangan. "Saat nilai tukarnya melemah diharapkan current account defisitnya membaik," tambahnya.
Di awal mingg ini, berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS. Namun sehari kemudian rupiah mampu bangkit dengan menguat 31 poin ke level 12.962 per dolar AS. (Taufiqurrohman/Gdn)
Menkeu Bambang: Rupiah Melemah Bersama Mata Uang Asia Lainnya
Pelemahan nilai tukar rupiah tidak mencerminkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Advertisement