Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah ditutup merosot pada hari Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan patokan minyak Brent kehilangan sebagian dalam seminggu sejak Januari, tertekan keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran kenaikan suku bunga AS mengalihkan perhatian dari penyusutan jumlah rig pengeboran minyak di Negeri Paman Sam.
Kekhawatiran tentang keamanan pasokan minyak mentah dari Libya dan Irak, yang telah berpengaruh awal perdagangan juga diabaikan para pedagang minyak.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (7/3/2015), harga minyak jenis Brent turun US$ 75 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 59,73 per barel. Angka ini turun 4 persen pada pekan ini, penurunan tertajam sejak pekan yang berakhir 9 Januari.
Sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,15 atau 2,3 ​​persen menjadi US$ 49,61 per barel. Angka ini memperpanjang kerugian minyak.
Penguatan dolarAS membuat harga minyak lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya. Dolar AS meroket ke level tertinggi 11,5 tahun terhadap sekeranjang mata uang, usai setelah pemerintah AS melaporkan tingkat pengangguran AS turun ke posisi terendah dalam 6,5 tahun.
Banyak investor telah menunggu-nunggu laporan ini karena dipandang sebagai ukuran yang tepat untuk meramalkan kapan The Fed akan menaikkan suku bunga. Laporan yang positif ini bisa memberikan tenaga ke Fed untuk menaikkan suku pada Juni 2015.
Advertisement
Jumlah rig pengeboran minyak di Amerika Serikat (AS) turun 64 unit minggu ini menjadi 922, jumlah rig yang beroperasi tersebut merupakan yang terkecil sejak April 2011, menurut riset perusahaan jasa pengeboran minyak Baker Hughes. ( Ndw)