Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyatakan tak terlalu khawatir atas nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dengan rupiah cenderung tertekan justru menjadi momentum untuk mendorong ekspor.
"Kita harus bangun dari sekarang, rupiah melemah ini momentum sebenarnya. Harus dimanfaatin, apa saja kita dorong," kata dia, Jakarta, Senin (9/3/2015).
Baca Juga
Dia mengungkapkan, Indonesia memiliki kekuatan khususnya di sektor kerajinan tangan atau handy craft. Hal itu juga ditambah dengan kekuatan sumber daya alam, khususnya potensi hasil laut.
Advertisement
"Paling tidak makanan, ikan hasil laut diperlukan negara lain. Harus kita kelola itu," paparnya.
Sementara, dengan kondisi rupiah saat ini diprediksi sebagai salah satu mata uang yang berisiko ketika The Fed menaikan suku bunga acuan. Rupiah masih berada tak jauh-jauh 12.900 sampai 13.000 per dollar AS.
Data valuasi asing Bloomberg, rupiah dibuka melemah di level 12.993 per dollar AS. Hingga siang, nilai tukar rupiah berkutat pada 12.993-13.052 per dollar AS. Hasil analisa para ekonom di Societe General menunjukan, rupiah kini berada di posisi teratas sebagai mata uang paling terancam.
"Aksi The Fed pada Juni nanti dapat menjadi hantaman besar lain bagu rupiah," kata pakar strategi pasar negara berkembang Societe General, Jason Dow seperti dikutip CNBC. (Amd/Ahm)