Sukses

China Siapkan Duit Ribuan Triliun Buat Belanja Senjata

China mengumumkan anggaran belanja militernya meningkat 10,1 persen menjadi Rp 1.835,6 triliun pada 2015.

Liputan6.com, Beijing - Sebagai salah satu negara importir senjata terbesar dunia, China tercatat naik dua peringkat ke posisi ke-3 sepanjang 2014. Anggaran pembelian senjata negara tersebut masih terus tumbuh dengan laju yang sangat cepat.

IHS mencatat anggaran pertahanan nasional China meningkat dua kali lipat sejak 2008. Awal bulan ini, pemerintah Beijing mengumumkan anggaran pertahanannya meningkat 10,1 persen menjadi 886,9 miliar yuan atau Rp 1.835,6 triliun(kurs: Rp 2.101/yuan) untuk 2015.

Analis anggaran pertahanan senior di IHS Aerospace, Defence & Security, Craig Caffrey menjelaskan, meski anggarannya meningkat, tapi belanja pertahanan senjata China masih terbilang rendah dibandingkan dengan ukuran perekonomiannya. Terlebih lagi jika melihat posisi China di dunia saat ini.

Tengok saja bagaimana Prancis, Inggris dan AS menghabiskan proporsi anggaran yang besar untuk kebutuhan pertahanan nasional.

Berikut ulasan mengenai anggaran China untuk bidang pertahanan nasional seperti dikutip dari CNBC, Daily Telegraph, Want China Times dan sejumlah sumber lain, Rabu (11/3/2015):

2 dari 4 halaman

Alasan China Tingkatkan Anggaran

Alasan China Tingkatkan Anggaran

China kembali berencana meningkatkan anggaran belanja perangkat militer tahun ini. Pengeluaran tersebut merefleksikan kekuatan China yang terus tumbuh dan niatnya untuk menjadikan negara berkuasa di kawasan Asia Pasifik dan seluruh dunia.

Meski begitu, pemerintah Beijing mengatakan, anggaran pertahanan yang lebih besar hanya bertujuan untuk memodernisasi dan meningkatkan keamanan 2,3 juta tenaga militer China, People's Liberation Army.

China memang memiliki jumlah tenaga militer terbesar di dunia. Selain itu, China juga terus aktif mengembangkan teknologi militer untuk memajukan pertahanannya.

Dengan persediaan senjata yang cukup, China juga meningkatkan kondisi keselamatan para tentaranya. Saat ini, postur militer China masih lebih pada pertahanan dan pihaknya memiliki gunboat yang tak pernah digunakan untuk mengembangkan kepentingan perdagangan negara.

3 dari 4 halaman

Sengketa China

Sengketa China

Dalam beberapa tahun terakhir, kapal perang China dan Jepang seringkali berhadapan dan bertarung di dekat kepulauan Laut China Timur. Tak hanya itu, China dan India juga sempat tersandung sengketa soal perbatasan di Himalaya.

Negeri Tirai Bambu itu juga sempat terlibat sengketa dengan beberapa negara tetangga terkait Laut China Selatan. China terus meningkatkan upayanya secara agresif demi memperluas kawasannya.

Sejauh ini, Amerika Serikat juga tercatat secara aktif mengawasi pergerakan dan perkembangan militer China. Bahkan Juru Bicara Departemen Pertahanan AS Marie Harf meminta China untuk lebih transparan dan menggunakan kapabilitasnya secara kondusif demi menciptakan perdamaian di kawasan Asia Pasifik.

Sementara itu, Jepang juga meningkatkan anggaran belanja militernya sebesar 2,8 persen tahun ini ke level tertinggi di harga US$ 42 miliar. Kapal dan pesawat tempur merupakan dua barang yang menjadi barang belanja utama Jepang.

4 dari 4 halaman

Belanja militer China masih kalah dari AS

Belanja militer China masih kalah dari AS

Meski telah meningkatkan anggaran belanja militernya, pengeluaran China di bidang pertahanan ternyata masih kalah jauh dibandingkan Amerika Serikat. Total anggaran belanja militer China tercatat kurang dari sepertiga yang dikeluarkan AS untuk keperluan yang sama.

Hanya untuk konflik Irak, Suriah dan Afganistan saja, AS mampu mengeluarkan dana US$ 51 miliar untuk belanja senjata. Namun bagi AS, China tampaknya mengeluarkan 40-50 persen dari anggarannya hanya untuk mengimpor senjata berteknologi tinggi, riset dan pengembangan.

Sementara India, importir senjata terbesar kedua di dunia terus meningkatkan anggarannya untuk pembelian pesawat tempur. Itu juga dipicu sengketanya dengan China dan kehadiran militer China di Samudra Hindia. (Sis/Ahm)