Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menyerahkan segala urusan pengelolaan Blok Mahakam, Kalimantan Timur kepada PT Pertamina.
Menteri ESDM, Sudirman Said mengatakan, hal ini termasuk siapa yang akan digandeng oleh BUMN migas tersebut untuk mengelola blok ini.
"Kami sudah memutuskan, sudah pada Pertamina, tinggal memberikan kesempatan pada Pertamina untuk menata di dalamnya. Siapa yang mau digandeng, jadi tinggal semua pihak kerja di belakang meja, jangan berpolemik di media," ujar Sudirman di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Advertisement
Pemerintah, lanjut Sudirman, juga akan menyerahkan sepenuhnya kepada Pertamina terkait kepemilikan saham. Rencananya, Pemerintah Daerah (Pemda) Kalimantan Barat juga akan mendapatkan jatah saham agar bisa ikut serta mengelola blok ini.
"Biarkan mereka bernegosiasi," tegas Sudirman.
Menurut Sudirman, yang paling penting adalah blok tersebut tetap beroperasi dengan baik sehingga tetap mampu berproduksi dengan baik.
"Kepentingan semua pihak adalah bagaimana produksi itu terjaga. Jangan sampai ada penurunan, investasi ke depan tidak tertunda, supaya kami bisa memelihara," tandasnya.
Kontrak PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corp dalam pengelolaan Blok Mahakam, Kalimantan Timur akan berakhir pada 2017. Pemerintah bersiap mengalihkan pengelolaan lapangan yang menghasilkan gas terbesar di Indonesia tersebut ke PT Pertamina (Persero).
Kontrak Blok Mahakam
Dilansir dari data SKK Migas, kontrak bagi hasil blok Mahakam ditandatangani tahun 1967, kemudian diperpanjang pada 1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai tahun 2017. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada tahun 1967 menemukan cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam tahun 1972 dalam jumlah yang cukup besar.
Cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P) awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF). Dari penemuan itu maka blok tersebut mulai diproduksikan dari lapangan Bekapai pada 1974.
Produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan tersebut di masa lalu membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada tahun 1980-2000. Kini, setelah pengurasan selama 40 tahun, maka sisa cadangan 2P minyak saat ini sebesar 185 juta barel dan cadangan 2P gas sebesar 5,7 TCF.
Pada akhir maka kontrak tahun 2017 diperkirakan masih menyisakan cadangan 2P minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan 2P gas sebanyak 3,8 TCF pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 TCF.
Sementara itu, kontraktor Kontrak Kerja Sama yang bekerja di sana saat ini di Blok Mahakam, yaitu TOTAL yang bermitra dengan INPEX, masing-masing 50 persen, telah menginvestasikan setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250 triliun sejak masa eksplorasi dan pengembangannya telah memberikan penerimaan Negara sebesar US$ 83 miliar atau sekitar Rp 750 triliun. (Dny/Ahm)