Liputan6.com, Jakarta - Harga berbagai komoditas andalan Indonesia hingga saat ini masih belum bisa bangkit dari level bawah. Salah satu komoditas yang harganya terus tertekan adalah batu bara. Ternyata, pelemahan harga batu bara tersebut berdampak ke beberapa industri lainnya salah satunya industri pertahanan.
Kepala Sub Direktorat Perizinan Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Kolonel CBA Isdiyanto‎ mengungkapkan, melemahnya harga batu bara mempengaruhi penjualan bahan-bahan peledak.
"Ya karena kan batu bara itu kalau mau mendapatkannya harus diledakkan, mungkin karena itu. Jadi harga batu bara turun lalu beberapa industri tidak berproduksi, akibatnya penjualan bahan peledak jadi ikut menurun," kata Isdiyanto di Gedung BKPM, Jumat (13/3/2015).
Hanya saja, dirinya tidak dapat memastikan berapa persen penurunan permintaan bahan peledak tersebut. Isdiyanto sendiri mendapatkan informasi tersebut dari perbincangannya dengan beberapa pelaku industri pertahanan.
Saat ini, di Indonesia tidak banyak perusahaan yang memproduksi bahan peledak. Dalam memenuhi kebutuhan bahan peledak di dalam negeri, hanya dipasok oleh sem‎bilan perusahaan.
"Karena untuk memproduksi hingga mendistribusikan bahan peledak ini cukup banyak persyaratannya, ini barang strategis dan berbahaya soalnya," ungkapnya.
Baca Juga
Â
Advertisement
Harga batu bara memberikan sinyal untuk kembali menembus level US$ 60 per metrik ton, yang terakhir dicapai pada Kamis (5/3/2015). Pada penutupan perdagangan Rabu (10/3/2015), harga batu bara untuk kontrak April 2015, naik 0,22 persen ke US$ 59,8 per metrik ton. Dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (10/3/2015) yang turun 0,47 persen ke US$ 59,67 per metrik ton.
Sebelumnya, harga batu bara cenderung melemah. Sepanjang perdagangan antara 2 hingga 10 Maret 2015, hanya satu kali ditutup positif yaitu pada hari Senin (9/3/2015). (Yas/Gdn)