Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat rupiah tertekan mendorong sejumlah harga bahan baku pendukung pembangunan infrastruktur melonjak.
"Yah besi yang diimpor susah. Harga makin mahal. Teman-teman mau beli komputer, harganya naik 30-40 persen," tutur Ekonom Didik J.Rachbini di kantor Kadin, Jumat (13/3/2015).
Baca Juga
Ia mengakui, penguatan dolar AS membawa dampak positif pada sektor-sektor tertentu yang menjalankan fokus bisnis ekspor. Berlaku sebaliknya kalau impor bakal terguncang karena rupiah merosot.
Advertisement
"Sektor-sektor yang bisa mengambil bahan baku dalam negeri itu mendapat keuntungan, karena dia pakai bahan baku dalam negeri, dia jualnya pakai dolar untuk diekspor. Tapi sektor lain, pada umumnya mengalami ketidakstabilan di dalam menjalankan bisnisnya," kata Didik.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Padjajaran Ina Primiana mengatakan, penataan infrastruktur kurang baik juga mendorong biaya logistik di Indonesia tinggi.
Dia menerangkan, posisi pembangunan infrastruktur Indonesia menempati nomor empat di ASEAN. Indonesia di atas Singapura, Malaysia dan Thailand. Sayangnya untuk biaya logistik justru kalah ketimbang Vietnam.
"Indonesia sebenarnya nomor 4, di bawah Singapura, Malaysia, sama Thailand. Kita di atas Vietnam dan Filipina. Tapi di logistik, yang bisa efisien di logistik ternyata Vietnam di atas kita, artinya infrastruktur yang begitu banyak, bisa saja tidak secara langsung melayani industri yang ada. Infrastruktur dan industri tidak ketemu," kata dia.
Dia mengatakan, hal itu juga disebabkan porsi pembangunan infrastruktur yang masih kecil. "Artinya dianggap cukup 5 persen PDB, tapi uang kita tidak cukup. Malaysia 9 persen, India 7 persen jadi Rp 500 triliun, Indonesia hanya Rp 200 triliun," kata Ina. (Amd/Ahm)