Liputan6.com, Jakarta - Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level Rp 13 ribu memberikan dampak pada produsen tempe tahu di dalam negeri.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan kedelai yang merupakan bahan baku dari industri tersebut, Indonesia masih bergantung pada impor.
Namun menurutnya, para produsen tahu tempe telah menyiapkan alternatif untuk mengurangi beban produksi akibat dari pelemahan rupiah ini.
"Sementara ada tiga alternatif. Kalau masih tahan, kita tahan. Kalau sudah tidak tahan kita kecilkan ukurannya. Nah kalau tidak sanggup lagi, terpaksa dinaikan harganya," ujarnya di Jakarta, Jumat (13/3/2015).
Aip mengungkapkan, saat ini harga tempe di pasar berkisar antara Rp 16 ribu sampai Rp 24 ribu per kg. Sedangkan harga tahu sebesar Rp 32 ribu-Rp 40 ribu per kg. Namun jika rupiah tidak kunjung menguat, ada kemungkinan produsen akan menaikan harga jual produk pangan olahan tersebut.
"Sekarang ini saya masih analisa, mudah-mudahan minggu depan selesai hasil analisanya. Tapi kalau naik, ya paling tinggi 10 persen," tandasnya. (Dny/Nrm)