Sukses

Pinta Pengusaha Tempe Tahu Terkait Ambruknya Rupiah

Akibat pelemahan rupiah, produsen sedikit mengurangi produksinya karena harga bahan baku kedelai impor yang naik.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang terus melemah membuat khawatir para produsen tahu dan tempe di dalam negeri. Pasalnya, pelemahan ini turut mempengaruhi pendapatan dan penjualan produk pangan olah tersebut.

Hal ini diungkapkan Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin.

Pasalnya, akibat pelemahan rupiah, produsen sedikit mengurangi produksinya karena harga bahan baku kedelai impor yang naik. Dengan pengurangan produksi otomatis penjualan tahu tempe pun menurun.

"Sementara ini masih ada sebagian yang stabil dan tapi ada juga yang sudah menurun," ujarnya di Jakarta, Jumat (13/3/2015).

Namun agar hal seperti ini tidak terus terjadi ketika rupiah melemah, produsen tahu dan tempe meminta pemerintah untuk memperbaiki tata niaga kedelai nasional.

"Karena kan kan tata niaga kedelai ini tidak diatur pemerintah, sehingga harganya bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain," lanjutnya.

Selain itu, dengan tata niaga kedelai yang jelas, khususnya dengan adanya harga pokok penjualan (HPP) yang menguntungkan bagi petani kedelai, diharapkan membuat para petani bergairah untuk menanam kedelai.

Dengan demikian, produksi kedelai di dalam negeri meningkat dan kebutuhaan kedelai dalam negeri tidak lagi bergantung pada impor. Bahkan, Aip mengatakan bahwa pihaknya akan mendukung kebijakan pemerintah untuk kembali meningkatkan produksi kedelai lokal, termasuk jika kedelai impor harus dikenakan bea masuk.

"Harapannya kedelai kita jangan impor lagi, kan kasian puluhan juta petani tidak bisa tanam kedelai. Makanya itu, pemerintah harus atur tata niaganya, perankan Bulog atau yang lainnya. Kami mendukung tata niaga kedelai dan swasembada kedelai. Bahkan kalau sampai dikenakan bea masuk, kita akan dukung," tandasnya.

Video Terkini