Liputan6.com, Jakarta - Pengamat energi memperkirakan tarif dasar listrik (TDL) akan mengalami kenaikan pada bulan April depan. Kenaikan tersebut terjadi karena harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dan kurs nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan.
Direktur Eksekutif Institute For Essential Services Reform (IERS), Fabby Tumiwa memperkirakan, ICP yang menjadi acuan pemerintah dalam menentukan tarif listrik mengalami kenaikan pada Maret ini didorong oleh kenaikan harga minyak dunia. Pada Maret ini, harga rata-rata minyak dunia di kisaran US$ 60 per barel. Lebih tinggi jika dibanding dengan bulan sebelumnya yang ada di kisaran US$ 50 per barel.
Untuk harga ICP pun juta terus merangkak naik. Harga minyak mentah Indonesia Februari 2015 berdasarkan perhitungan Formula ICP mencapai US$ 54,32 per barel, naik sebesar US$ 9,02 per barel dari US$ 45,30 per barel pada bulan Januari 2015.
Selain itu, nilai tukar dolar juga terus mengalami penguatan. Sepanjang minggu lalu, nilai tukar rupiah selalu berada di kisaran Rp 13.200 per dolar AS.
"Kalau bulan Maret harga minyak naik, nilai tukar naik, inflasi akan naik, bisa dipastikan April tarif listrik juga akan naik," kata Fabby, dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (15/3/2015).
Fabby mengungkapkan, saat melakukan perubahan harga PLN dan pemerintah seharusnya melakukan pemberitahuan kepada pelanggannya hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) nomor 31 Tahun 2014. "Publik bisa memantau, setiap bulan PLN harus mengumumkan besaran tarif kalau ada penyesuaian diumumkan," tuturnya.
Pernyataan dari Fabby tersebut bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan oleh Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir. Menurutnya, PLN mengaku belum berniat untuk menaikkan tarif listrik hingga tiga bulan ke depan, meski saat ini nilai tukar rupiah ambruk hingga sempat menyentuh level Rp 13.200 per dolar AS.
Justru sebaliknya, BUMN listrik tersebut tengah berupaya menurun tarif listrik industri demi meningkatkan daya saing. "Tarif listrik belum ada rencana menaikkan. Memang ada masalah kurs, BBM yang naik sedikit. Tapi menurut saya, dalam tiga bulan ke depan kita belum rencana naikkan tarif listrik. Saya bingung siapa menyampaikan itu. Justru kami mikir bagaimana tarif industri ini, kami turunkan perlahan lahan," kata dia.
Dia mengatakan, PLN akan berkontribusi untuk menggenjot industri dalam negeri. Lantaran, dengan turunnya harga listrik akan menyediakan lapangan tenaga kerja bagi masyarakat.
Untuk diketahui, sebelumnya Direktur Jenderal Ketenaga Listrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Minerak (ESDM) Jarman mengungkapkan, setelah mencabut subsidi pada golongan pelanggan tertentu pada 2014, pemerintah menerpakan tarif penyesuain pada 2015.
Dengan pola tersebut, TTL bisa berubah setiap bulan mengacu pada tiga indikator yaitu ICP, Kurs dolar dan inflasi. "Tahun 2015 diterapkan tarif adjusment, bisa naik bisa turun terhadap tiga hal ICP, kurs dolar AS, dan inflasi," tuturnya.
Tarif listrik yang sudah mengikuti tarif adjustment dan diterapkan untuk pemakaian listrik Maret 2015 masih mengalami penurunan. Tarif pada Maret 2015 untuk golongan R2, R3, B2, P1, P turun menjadi Rp 1427 per kWh dari sebelumnya Feb 2015 sebesar Rp 1.468 per kWh.
Tarif pada Maret 2015 untuk B3, I3, P2 turun menjadi Rp 1.105 per kWh dari sebelumnya Feb 2015 sebesar Rp 1.138 per kWh. Tarif pada Maret 2015 untuk I4 turun menjadi Rp 965 per kWh dari sebelumnya Feb 2015 sebesar Rp 993 per kWh. (Pew/Gdn)
Tarif Listrik Diperkirakan Naik
Sepanjang minggu lalu, nilai tukar rupiah selalu berada di kisaran Rp 13.200 per dolar AS.
Advertisement