Liputan6.com, Jakarta - Di tengah maraknya isu lingkungan hidup, produk furnitur Indonesia membuktikan daya saingnya di pasar global. Hal ini dibuktikan dengan misi pembelian (buying mission) yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan berhasil mencatatkan transaksi sebesar US$ 1,3 juta akhir pekan lalu.
Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Kemendag Pradnyawati menjelaskan bahwa Kemendag melalui Ditjen PEN kembali melaksanakan misi pembelian (buying mission) yang merupakan inisiatif baru pada 2014.
"Importir furnitur asal Jerman, Index Living GmbH, telah melakukan kontrak pembelian produk senilai US$ 1,3 juta dengan lima perusahaan furnitur Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (18/3/2015).
Dari lima perusahaan furnitur Indonesia, empat perusahaan diantaranya yaitu House of Rattan (Cirebon), Yogya Indo Global (Yogyakarta), Woodwork Interior (Jepara), dan Nuansa Kayu Bekas (Solo).
House of Rattan merupakan perusahaan yang berada di Jalan Tegalwangi Km 09, Cirebon sebenarnya telah mengekspor rata-rata 120-150 kontainer per bulan ke negara tujuan ekspor, dimana 70 persen ke Amerika Serikat, 30 persen ke Eropa serta 20 persen ke negara-negara Asia dan Afrika.
House of Rattan juga telah bekerja sama dengan nama-nama besar importir dan toko ritel di AS, seperti Pier 1, Crate and Barrel, serta Williams-Sonoma.
Index Living GmbH sendiri adalah importir dan toko ritel furnitur asal Jerman yang telah memiliki jejaring untuk memasarkan produk furnitur asal Indonesia ke seluruh Eropa.
"Salah satu pertimbangan utama Index Living untuk tetap mengimpor dari Indonesia adalah karena produk-produk Indonesia berstandar kualitas tinggi, ramah lingkungan, dan sesuai dengan preferensi konsumen di Jerman," jelas dia.
Pradnyawati juga menegaskan dokumen V-Legal yang dimiliki oleh perusahaaan di lokal ini membuat produk-produk funitur Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional.
"Di tengah maraknya isu global tentang lingkungan yang bergerak ke arah environmentally friendly dan sustainable of trade, Indonesia mampu membuktikan daya saing produknya melalui dokumen V-Legal," jelas dia.
Seperti diketahui, Indonesia menduduki peringkat ke-19 dunia sebagai negara eksportir furnitur. Pada 2014, total ekspor furnitur Indonesia mencapai nilai US$ 1,78 miliar.
Meski selama periode 2010-2014 ekspor furnitur Indonesia mengalami tren negatif 1,46 persen, peningkatan nilai setahun terakhir ini cukup menggembirakan, yaitu sebesar 2,18 persen.
Jerman sendiri menduduki posisi ke-4 sebagai negara tujuan ekspor furnitur dengan nilai US$ 80,8 juta dan share sebesar 4,53 persen. (Dny/Nrm)
Advertisement