Sukses

Investor Batu Akik Timur Tengah Beralih ke Pasar Modal

Karena saat ini batu akik hasil dari Indonesia banyak diserap di dalam negeri, maka ekspor mengalami penurunan.

Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya penggemar batu akik di dalam negeri membuat ekspor komoditas tersebut mengalami penurunan. Akibat penurunan ekspor, para investor batu akik beralih ke pasar modal.

Direktur Jenderal Kerja Sama Pedagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi mengatakan, batu akik hasil produksi dari dalam negeri banyak diminati oleh para investor di luar negeri. Kebanyakan batu akik tersebut dijadikan perhiasan untuk sarana investasi karena setiap tahun mengalami kenaikan harga.

Namun karena saat ini batu akik hasil dari Indonesia banyak diserap di dalam negeri, maka ekspor mengalami penurunan. Para investor tersebut pun tak lagi banyak berinvestasi di batu akik.

"Di Timur Tengah, orang membeli perhiasan itu untuk investasi. Kemungkinan dengan keadaan sekarang menjadi investasi mereka di batu akik jadi berkurang," kata Bachrul, di Jakarta, Rabu (18/3/2015).

Ia melanjutkan, karena pasokan berkurang, para investor batu akik tersebut pun beralih ke sarana investasi lain. "Investasinya lari ke Amerika, di saham yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Sekarang orang banyak yang beli saham murah ke sana jadi barangkali itu juga bisa berpengaruh," paparnya.

Ia melanjutkan, standar kualitas batu akik yang dieskpor ke luar negeri berbeda yang digunakan masyarakat Indonesia. Selain itu, itu batu akik yang diekspor harus memiliki sertifikasi. "Peningkatan komoditas dalam negeri, kalau luar negeri  jewellery udah memengah ke atas, batunya bersertifikat desain bagus agak beda pasar luar negeri," tuturnya.



Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar mengungkapkan bahwa potensi batu akik di Indonesia cukup besar.

Ia pun bercerita, proses pembentukan batu mulia sejak 400 juta tahun lalu. Secara geologis Kepulauan Indonesia tidak pernah diam.  Secara dinamis peristiwa tektonik terus berlangsung akibat pergeseran lempeng tektonik diikuti perlipatan, retakan dan pembentukan gunung api.

Selanjutnya magma dan cairan hidrotermal menerobos zona lemah menyebabkan mineralisasi, termasuk pembentukan batu mulia.

"Hampir di seluruh provinsi wilayah nusantara ditemukan batu mulia dengan variasi yang berbeda tergantung peristiwa geologis yang terjadi di wilayah tersebut," kata Sukhyar, di Jakarta, Senin (16/3/2015).


Sukhyar menambahkan, begitu luasanya sebaran batu akik di Nusantara, potensi batu akik di Indonesia mencapai Rp 75 triliun. Angka tersebut belum termasuk nilai tambah. "Potensi pasar batu mulia Indonesia sekitar Rp 75 triliun belum termasuk nilai tambah sebagai penyedia lapangan kerja informal," tutur dia. (Pew/Gdn)