Liputan6.com, Jepara - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang termasuk euro menyebabkan sejumlah ekspor mebel asal Jepara ke berbagai negara di Eropa ditunda. Penundaan bukan berasal dari para perajin mebel, namun justru dari para pembeli.
Para pengusaha mebel di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yang berorientasi ekspor seharusnya diuntungkan dengan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Namun keuntungan itu hanya berlaku bagi mereka yang mengekspor produknya ke AS saja. Sedangkan yang mengekspor ke negara lain, khususnya Eropa harus menunda keuntungannya.
Menurut M Hisyam, seorang pengusaha mebel asal Bulungan, Kecamatan Pakis Aji, kabupaten Jepara, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS menguntungkan mereka. Namun karena nilai tukar mata uang euro terhadap dolar AS juga ikut melemah, maka pembeli mebel dari Eropa banyak yang menunda pembelian.
Advertisement
"Harganya jadi naik sekitar 40 persen. Pembatalan pembelian dilakukan pembeli dari Rusia, Jerman, Spanyol, Belgia, dan Belanda. Sehingga mebel yang sudah dipesan dan siap kirim terpaksa ditunda karena harga mebelnya jauh lebih mahal dibanding sebelumnya," kata M Hisyam kepada Liputan6.com, Rabu (18/3/2015)
Ia menambahkan, mata uang Euro melemah terhadap dolar AS itu juga menyebabkan para buyer dari negara-negara Eropa khawatir terhadap daya pembeli masyarakat di negara setempat menurun. Selain itu juga tidak mampu membeli menyusul adanya kenaikan yang cukup tinggi tersebut.
"Dampaknya meubel yang sudah siap kirim berpotensi rusak karena terlalu lama disimpan di gudang. Belum lagi lamanya penundaan pengiriman juga tidak bisa diprediksi," kata Hisyam.
Para perajin dan pengusaha mebel asal Jepara pun lebih memilih nilai tukar yang stabil. Dalam sebulan, Hisyam mengaku bisa mengirim antara 5-10 kontainer mebel dengan nilai barang antara US$ 20.000-US$ 30.000.(Edhie P/Ahm)