Liputan6.com, Jakarta - Masih ingat demam tanaman Gelombang Cinta yang telah menyedot perhatian masyarakat hingga harganya pun selangit. Kini demam tersebut beralih ke batu akik yang terjadi di seluruh provinsi Indonesia. Bahkan pemerintah akan memberikan souvenir batu akik dalam Konfrensi Asia Afrika pada April 2015.
Lalu melihat kondisi itu, apakah batu akik ini bisa sebagai investasi?
Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto menuturkan, batu akik bisa jadi barang investasi tetapi berbeda dengan emas dan reksa dana. Batu akik ini dinilai masuk barang koleksi sehingga memiliki pasar begitu spesifik.
Advertisement
Menurut Eko, koleksi batu akik bisa dikategorikan seperti investasi di lukisan dan barang seni lainnya. Karena itu, batu akik ini tidak memiliki harga patokan seperti emas. Eko menuturkan, agar harga batu akik ini bernilai maka seseorang harus memiliki komunitas. Bila tidak memiliki komunitas maka barang itu tidak bernilai.
"Batu akik bisa jadi investasi tapi untuk barang koleksi. Perlakuan koleksi beda dengan investasi biasa. Pasarnya sangat spesifik. Harus punya komunitas," ujar Eko, saat berbincang dengan Liputan6.com, yang ditulis Minggu (22/3/2015).
Eko menambahkan, kehebatan barang kolesi adalah tidak ada harga patokannya. Sehingga harganya itu tergantung kesepakatan dengan seseorang yang mengerti dengan barang koleksi tersebut. Bagi penggemar yang menjadikan batu akik ini sebagai barang koleksi ini pun harus mengetahui komunitasnya.
Selain itu, ia pun harus mendalami seluk beluk batu akik sehingga tidak mudah tertipu. Eko mengatakan, ketika barang koleksi tersebut sedang naik daun ini pun bisa dimanfaatkan. Eko memperkirakan, demam batu akik ini akan lebih lama ketimbang tanaman gelombang cinta hanya enam bulan. Hal itu mengingat batu akik juga seperti warisan leluhur.
"Ini sama seperti lukisan tak ada harga patokannya. Enaknya lagi tidak ada harga patokannya. Sekarang kalau mau jual lagi tinggi-tingginya. Kalau mau bisnis dengan laba kecil maka bisa jual beli," tutur Eko. (Ahm/)