Sukses

Industri Gula RI Hanya Berjaya Saat Masa Penjajahan

Indonesia kini menjadi negara importir gula nomor empat di dunia setelah Uni Eropa, India, dan Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Produksi gula nasional Indonesia terus menurun hingga kini. Di sisi lain, konsumsi gula meningkat mendorong kenaikan permintaan. Hal itu menyebabkan pemerintah terpaksa impor gula.

Padahal industri gula di Indonesia justru pernah mencapai puncak kejayaan saat masa penjajahan pada 1930-an. Hal itu ditunjukkan dari jumlah pabrik gula saat masa penjajahan mencapai ribuan pabrik.

"Nyatanya jumlah pabrik gula itu saat penjajahan sebanyak 1.799 pabrik, tapi data terahir tahun 2012 itu hanya 62 pabrik," kata Direktur International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) di Jakarta, Kamis (26/3/2015).

Jumlah pabrik gula makin berkurang, otomatis rendemen gula secara nasional oleh beberapa pabrik gula tersebut juga menurun.
Tidak hanya itu, kemampuan perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang digadang-gadang sebagai ujung tombak untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, secara rata-rata rendemen yang dimiliki kalah dibandingkan perusahaan swasta.

Rina menambahkan, Indonesia saat ini menjadi negara importir nomor 4 di dunia setelah Uni Eropa, India dan Rusia akibat tidak ada perkembangan dari produksi gula tersebut.
‎

"Produktivitas pabrik gula kita mengenaskan, swasta lebih bagus ketimbang PTPN, rendemennya itu bisa dilihat," tutur Rina.

Seperti diketahui, kapasitas produksi gula dari data 2012 hanya 2.500-6.000 ton tebu per hari‎ (TCD). Produksi gula itu dinilai masih rendah.Oleh karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk membuktikan pencapaian target produksi 205.000 TCD. (Yas/Ahm)