Sukses

Kelistrikan RI Tak Bisa Dibandingkan dengan Singapura & Malaysia

Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi sebesar 99 persen pada 2020 nanti.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi geografis Indonesia menjadi masalah tersendiri dalam penyediaan listrik. Oleh sebab itu, masalah kelistrikan nasional tidak bisa dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, tidak ada negara yang cocok untuk dibandingkan dengan Indonesia dalam sektor kelistrikan. Pasalnya, tidak ada negara yang  kondisi geografisnya beragam seperti  Indonesia.

"kalo membandingkan dengan banyak negara, tidak selalu pas karena sulit mencari bandingan negara seperti kita," kata Sudirman, dalam acara Kebijakan dan Langkah Strategis dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Senin (30/3/2015).

Sudirman menambahkan, kondisi geografis di Indonesia luar biasa sulit untuk mewujudkan elektrifikasi listrik hingga 100 persen. Pasalnya, Indonesia memiliki banyak pulau dan wilayah terpencil. Selain itu, Indonesia juga banyak pegunungan dan dataran tinggi sehingga sulit untuk membawa aliran listrik ke daerah tersebut.

Oleh sebab itu, kondisi Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara lain yang wilayahnya berupa dataran semua. " Apalagi kalau kita dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, tidak ada apa apanya," ungkapnya.

Sudirman pun memberikan contoh. Jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia, Kedua negara tetangga tersebut memilik kemudahan akses atau keterjangkauan dalam membangun infrastruktur ketenaga listrikan. Pasalnya, wilayah Singapura dan Malaysia sebagian daratan. Selain itu luas wilayahnya juga sangat kecil dibandingkan Indonesia.



"Apalagi Singapura yang kita kagumi itu, hanya negara ukuran kotamadya, Malaysia juga hampir semuanya daratan. jadi kita tidak bisa serta-merta membandingkan," pungkasnya.

Untuk diketahui, total kapasitas terpasang pembangkit listrik hingga akhir 2014 mencapai 53.585 Mega Watt (MW). Kapasitas ini didapatkan dari pembangkit PLNsebesar 37.280 MW, Indendent Power Producers (IPP) sebanyak 10.995 MW, Public Private Utility (PPU) sebesar 2.634 MW, dan Izin Operasi Non BBM sebesar 2.677 MW.

Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik tahun 2015-2024 diproyeksikan rata-rata sekitar 8,7 persen per tahun. Target tambahan kapasitas pembangkit tahun 2015 sampai 2019 mencapai 42,9 Giga Watt. 7,4 GW merupakan pembangkit yang tengah tahap konstruksi, sedangkan 35,5 GW lainnya adalah rencana pembangkit yang akan dibangun PLN bersama IPP.

Pembangkit listrik tersebut untuk memasok listrik secara nasional sehingga bisa meningkatkan rasio elektrifikasi nasional hingga akhir tahun 2014 mencapai 84,35 persen. Angka ini melebihi target yang ditentukan yaitu sebesar 81,51 persen. Sedangkan di akhir 2020, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi sebesar 99 persen. (Pew/Gdn)