Liputan6.com, Kuta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Sutjipto mengaku memiliki cara perhitungan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Cara penghitungan itu telah diketahui Kementerian ESDM dan DPR RI.
Dikatakan, kenaikan harga BBM baru-baru ini terjadi karena dua hal yakni, kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan kurs dollar terhadap rupiah.
"Kita beli BBM pakai dolar. Ada dua alasan kenaikan, pertama karena harga minyak dunia dan kedua karena kurs dollar," kata Dwi saat jumpa wartawan di sela acara forum sharing teknologi hulu di Kuta, Bali, Senin (30/3/2015).
Harga minyak dunia melonjak naik sebesar 13,5 persen. Begitu juga dengan kurs dolar yang menguat hingga 7 persen menembus Rp 13 ribu lebih.
Selama ini, menurut Dwi, naik turun harga BBM dalam negeri mengacu kepada perkembangan tren. Dan, fluktuasi harga BBM nasional akan masih terus berlangsung mengacu kepada tren tersebut.
"Kita melihat tren. Kita berharap ada tren turun. Ini akan membuat pengusaha SPBU pusing kalau naik turun. Kita masih melihat tren ke depan," kata Dwi.
Kenaikan minyak dunia dan kurs dolar belum sepenuhnya menutupi biaya produksi Pertamina. Kendati begitu, Dwi membantah ada perbedaan pendapat dengan pemerintah. " Tidak terjadi perbedaan. Menurut analis dunia, fluktuasi harga akan cenderung menurun," papar dia.
Baca Juga
Pertamina saat ini tengah berjuang keras melakukan efisiensi. "Soal kemungkinan (harga BBM) naik turun akan terus terjadi. Tapi kita tengah berjuang keras soal efisiensi," imbuhnya.
Ada dua hal yang tengah dilakukan efisiensi. Pertama adalah efisiensi produk kilang agar bisa bersaing dengan produk impor. Kedua, efisiensi distribusi transportasi. "Kita berharap efisiensi bisa menjadi tulang punggung tambahan," harap Dwi. (Dewi/Nrm)
Advertisement