Sukses

Pemerintah Ambisius Investasi Hijau Melesat 20%

Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan mengaku, banyak industri yang justru merusak lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memasang target investasi hijau atau ramah lingkungan melonjak 20 persen setelah diadakan Konferensi Internasional bertajuk Tropical Landscape Summit: A Global Investment Opportunity pada 27-28 April 2015. Dalam acara tersebut, ada ratusan proyek dari delapan sektor yang dikategorikan investasi hijau.

Kepala BKPM, Franky Sibarani menyatakan, nilai investasi hijau yang sudah diperoleh dari realisasi penanaman modal sepanjang 2010-2014, terdiri dari Rp 139,17 triliun dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan US$ 26,8 miliar dari Penanaman Modal Asing (PMA).

"Kami targetkan dengan forum ini bisa menarik kenaikan investasi hijau atau ramah lingkungan sebesar 20 persen untuk PMDN dan PMA," tegas dia dalam Konferensi Pers Tropical Lancdscape di Jakarta, Selasa (31/3/2015).

Lebih jauh dijelaskan Franky, upaya ini bertujuan mengejar target investasi pada 2015 sebesar Rp 519,5 triliun atau tumbuh sekira 14 persen dari pencapaian tahun sebelumnya. Investasi ini meliputi PMDN dipatok Rp 175,8 triliun dan Rp 343,7 triliun PMA.

Dia menyebut, ada delapan kelompok bidang usaha yang masuk kategori investasi hijau, yakni sektor panas bumi, pengadaan listrik, pariwisata, pertanian, kehutanan, perikanan, pengolahan sampah dan daur ulang.

"Contohnya program peningkatan produksi biodiesel dan proyek 35 ribu megawatt kapasitas listrik akan menggunakan solar cell, energi panas bumi, air dan sebagainya," terang Franky.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan mengaku, banyak industri yang justru merusak lingkungan. Hal ini tentu akan bertolakbelakang dengan program investasi hijau.

Pengertiannya, kegiatan penanaman modal yang memiliki konsep ramah lingkungan, hemat dalam bahan baku, penggunaan sumber daya air, dan hemat energi.

"Indonesia jangan menjadi pembuangan industri yang enggak berkualitas. Karena kita kurang menyadari bahwa itu akan berdampak negatif bagi anak cucu kita," ucap Luhut.(Fik/Gdn)