Sukses

Inflasi Maret 0,17%, Ini Tanggapan Menko Perekonomian

Menko Perekonomian Sofyan Djalil menyebutkan, harga beras belum turun dan kenaikan harga bawang mendorong terjadinya inflasi pada Maret 2015

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, inflasi masih terkendali meski terjadi inflasi pada Maret 2015. Hal itu karena Indonesia mencatatkan deflasi pada Januari-Februari.
‎

"It's oke, kalau kita lihat tidak seperti itu (deflasi), tetapi memang biasanya kadang-kadang deflasi atau inflasi, tapi kita masih nabung. Januari-Februari deflasi," kata Sofyan Djalil di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (1/4/2015).

Dia menuturkan, harga beras masih tinggi ditambah kenaikan harga komoditas seperti bawang menyumbang terjadinya inflasi. Meski demikian, Sofyan mengaku yakin, inflasi April akan lebih baik dari Maret mengingat pada bulan ini akan ada panen raya sehingga harga beras akan kembali turun.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Maret 2015 sebesar 0,17 persen.‎ Dengan demikian laju inflasi  year on year (Maret 2014-Maret 2015) tercatat mencapai 6,38 persen. Sedangkan secara tahun kalender (Februari-Maret 2015) terjadi deflasi sebesar 0,44 persen‎.

BPS melaporkan dari 82 kota IHK, sebanyak 54 kota tercatat mengalami inflasi dan 28 kota terjadi deflasi. Kemudian inflasi komponen inti pada maret 2015 mencapai 0,29 persen, sementara year on year mencapai 5,04 persen.

"Pengendalian harga sudah menyebar ke daerah. Inflasi terendah Padang, Cilacap 0,01 persen. Deflasi Tanjung Pandan sebesar 1,97 persen. Inflasi tertinggi Manokwari 0,84 persen," jelas Suryamin.

Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 1,97 persen dengan IHK 123,59 dan terendah terjadi di Medan, Padangsidimpuan, dan Tarakan masing-masing 0,01 persen dengan IHK masing-masing 118,63; 116,24; dan 126,43.

"Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran," jelas dia.

Dia menyebutkan inflasi maret antara lain dipicu bahan makanan yang minus 0,73 persen, makanan jadi, minuman rokok dan tembakau 0,61 persen. Kemudian perumahan listrik air gas dan bahan bakar 0,29 persen, sandang deflasi 0,08 persen, kesehatan 0,64 persen, pendidikan rekreasi dan olahraga 0,10 persen dan transportasi, komunikasi serta jasa keuangan 0,77 persen‎. (Yas/Ahm)

Video Terkini