Liputan6.com, London - Royal Dutch Shell Plc setuju membeli saham BG Group Plc sekitar US$ 70 miliar atau sekitar Rp 906,99 triliun (asumsi kurs Rp 12.957 per dolar Amerika Serikat) dalam bentuk tunai saham. Langkah itu merupakan kesepakatan terbesar di industri minyak dan gas selama 10 tahun.
Akuisisi ini merupakan respons signifikan di tengah harga minyak acuan dunia jatuh. Selain itu, langkah tersebut merupakan merger terbesar perusahaan energi untuk memangkas biaya dan memperbaiki keuntungan.
Baca Juga
Dalam pernyataan bersama, kedua perusahaan menyatakan, kalau sebagian dari kesepakatan direkomendasikan Shell akan membayar dengan tunai dan saham. Shell akan menghargai setiap saham BG sekitar 1.350 pence (US$ 20). Harga saham tersebut termasuk premium sekitar 52 persen dari rata-rata hari perdagangan sekitar 90 hari.
Advertisement
Dengan aksi korporasi, Chief Executive Officer Shell, Ben van Beurden menuturkan, nilai kapitalisasi pasar Shell akan meningkat dua kali dari BP Plc dan melewati Chevron.
Shell menyatakan, kesepakatan itu juga akan meningkatkan cadangan minyak dan gas sebesar 25 persen. Hal tersebut memberikan prospek lebih baik dalam proyek-proyek baru terutama di Australia dan Brazil.
"Dasar aksi korporasi ini menjadi sangat menarik dari perspektif nilai," ujar Van Beurden, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (8/4/2015).
Selain itu, Shell juga berjanji akan menghemat biaya sekitar US$ 2,5 miliar. Perseroan juga akan melepas aset setidaknya US$ 30 miliar dalam waktu empat tahun. Selain itu, perseroan juga akan melakukan buyback sebesar US$ 25 miliar antara 2017-2020.
BG mencatatkan pertumbuhan produksi di Brazil, Afrika Timur, Kazakhstan, dan Mesir. Perusahaan ini memang menjadi target akuisisi dari sejumlah perusahaan termasuk Exxon. (Ahm/)