Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) membeberkan dua alasan penurunan cadangan devisa (cadev) Indonesia sebesar US$ 3,9 miliar menjadi US$ 111,6 miliar. Salah satunya untuk stabilisasi nilai tukar rupiah yang sempat terdepresiasi sebesar 6 persen.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, merosotnya posisi cadev karena ada kewajiban pemerintah untuk membayar utang jatuh tempo dan upaya BI dalam rangka stabilisasi kurs rupiah.
"Makanya rupiah minggu ini jauh lebih baik dari sebelumnya," ungkap dia saat berbincang dengan wartawan di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (10/4/2015).
Dari catatan Agus, pergerakan kurs rupiah sejak Desember sampai April 2015 terdepresiasi 4,1 persen. Angka ini lebih rendah dari tekanan kurs rupiah pada Desember-Maret 2015 sebesar 6 persen.
"Jadi ini menunjukkan kondisi yang jauh lebih stabil, meski ada perkembangan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat (AS)," terangnya.
Agus menambahkan, ‎tekanan rupiah terhadap dolar AS berasal dari ketidakpastian keputusan FOMC Meeting di AS pada 17 Maret 2015. Selain itu, depresiasi mata uang lain terhadap dolar AS, termasuk rupiah disebabkan karena dimulainya kebijakan quantitative easing di Eropa.
 "Kita bertanya-tanya tentang keputusan FOMC Meeting di AS, karena dari rapat itu menunjukkan kondisi kinerja AS di sisi lain lebih rendah dari yang diperkirakan. Jadi kesannya enggak mau menaikkan suku bunga terburu-buru. Ini ada perbedaan pendapat yang bikin kurs dolar menguat," terang dia. (Fik/Ndw)
Cadangan Devisa RI Tergerus, Kurs Rupiah Stabil
BI membeberkan dua alasan penurunan cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 3,9 miliar menjadi US$ 111,6 miliar.
Advertisement