Sukses

BI: Kegiatan Dunia Usaha Tumbuh Melambat di Kuartal I

Perlambatan kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada kuartal I-2015 tumbuh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya.

Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 4,83%, lebih rendah dari SBT kuartal sebelumnya sebesar 11,03 persen.

Melansir keterangan BI, Sabtu (11/4/2015), perlambatan kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian (SBT -1,12 persen).

Sejalan dengan perlambatan kegiatan usaha, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada kuartal I-2015 berada pada level 73,06 persen, lebih rendah dibandingkan 79,78 persen pada kuartal sebelumnya.

Pada kuartal II-2015, kegiatan usaha diperkirakan mengalami ekspansi sebagaimana diindikasikan oleh SBT sebesar 11,07 persen.

Ekspansi kegiatan usaha diperkirakan terjadi terutama pada sektor jasa-jasa (SBT 2,73 persen) dan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan (SBT 2,41 persen).

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I-2015 terindikasi masih mengalami kontraksi sebagaimana ditunjukkan oleh Prompt Manufacturing Index (PMI) sebesar 45,08 persen.

Seluruh indikator pembentuk PMI mengalami kontraksi dengan kontraksi terdalam terjadi pada indeks volume produksi (41,89 persen).

Dari sisi keuangan, kondisi likuiditas dan rentabilitas perusahaan pada kuartal I-2015 masih cukup baik meskipun mengalami penurunan dibandingkan kondisi pada kuartal sebelumnya.

Tekanan harga jual pada kuartal I-2015 mengalami penurunan sebagaimana terindikasi dari SBT sebesar 17,04 persen, lebih rendah dibandingkan 25,32 persen pada kuartal sebelumnya.

Hasil survei mengkonfirmasi bahwa kondisi ini antara lain disebabkan oleh pasokan yang cenderung melebihi permintaan (over supply) di tengah ketatnya persaingan usaha.

Tekanan harga jual diperkirakan meningkat pada kuartal II-2015 dengan SBT sebesar 17,35 persen. Peningkatan harga jual diperkirakan terjadi terutama pada sektor pertambangan dan penggalian (SBT 0,67 persen). (Nrm)