Sukses

Rupiah Diprediksi Masih Jadi Mata Uang Paling Lemah di Asia

Para analis juga memprediksi rupiah akan diperdagangkan di kisaran 13.611 per dolar AS dalam setahun ke depan.

Liputan6.com, New York - Mata uang negara-negara berkembang tampak melemah terhadap dolar dalam beberapa waktu ke depan mengingat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan segera mulai menaikkan suku bunganya.

Bahkan beberapa analis yang mengikuti survei Reuters, mengungkapkan, mata uang negara-negara berkembang tampak sulit menguat dalam sepuluh tahun ke depan.

Mengutip laman Reuters, Sabtu (11/4/2015), meski masih diragukan kapan The Fed mulai menaikkan suku bunganya, tapi dampaknya sudah cukup terasa menghempas mata uang di negara berkembang Asia.

Survei yang melibatkan 30 pakar strategis mata uang asing pekan ini juga menunjukkan rupiah tampak masih akan memimpin pelemahan negara berkembang di Asia. Dalam 12 bulan ke depan, rupiah diprediksi masih akan melemah sekitar lima persen.

Pelemahan tersebut juga akan disusul dengan won Korea Selatan, yang akan turun sekitar empat persen. Baru-baru ini, rupiah juga telah merosot hingga ke level terendahnya sejak 1998, melemah 9,3 persen terhadap dolar AS sejak Juni.

Meski sempat turun, inflasi yang tinggi di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia masih menunjukkan rupiah menguat cukup baik. Kondisi ini juga memicu penurunan ekspor.

Para analis juga memprediksi rupiah akan diperdagangkan di kisaran 13.611 per dolar AS dalam setahun ke depan. Rupiah pada akhir pekan ini berada di level 12.985 per dolar AS.

Survei tersebut juga menunjukkan rupee India diprediksi akan melemah ke level 62,5, 63 pada akhir Juni, dan 63,5 pada akhir 2016. Hingga akhir pekan lalu, rupee masih berada di level 62,35 per dolar AS.

Sepanjang tahun ini, rupee masih menjadi salah satu mata uang dengan penguatan terbaik di Asia. Rupee menguat satu persen pada 2015.

"Risiko utama jika The Fed menaikkan suku bunganya lebih cepat dari prediksi, rupee akan tertekan dan itu akan menyebabkan aliran dana asing ke luar," tulis para analis dalam survei tersebut.(Sis/Nrm)

Video Terkini