Sukses

Pertamina Efisien US$ 100 Juta Bila Tekan Losses BBM Jadi 0,2%

Pertamina terus berkomitmen untuk menekan tingkat losses tersebut sehingga operasi pasokan BBM menjadi lebih efisien.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina menargetkan tingkat kehilangan (losses) dalam proses pasokan BBM turun menjadi 0,2 persen dari semula 0,29 persen. Dari penurunan tingkat losses tersebut, diharapkan terjadi efisiensi sekitar US$ 100 juta dalam setahun.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan tingkat losses yang sebelumnya terjadi sebenarnya masih memenuhi standar toleransi losses, bahkan sudah lebih baik dibandingkan dengan standar toleransi losses yang berlaku secara global, yaitu 0,5 persen.

Namun, tuturnya, perusahaan terus berkomitmen untuk menekan tingkat losses tersebut sehingga operasi pasokan BBM menjadi lebih efisien.

“Penurunan tingkat losses dalam proses pasokan BBM menjadi komitmen Pertamina sehingga dapat mendatangkan efisiensi bagi perusahaan. Situasi industri migas dunia yang sedang turbulence saat ini merupakan momentum yang tepat untuk lebih kuat berupaya menekan losses,” terang Wianda, Sabtu(11/4/2015).

Dia menuturkan dalam dua bulan pertama tahun 2015 tingkat supply losses menunjukkan tren positif di mana losses telah dapat ditekan pada level 0,2 persen.

Tingkat losses tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode November-Desember 2014 yang masih mencapai level sekitar 0,27 persen-0,28 persen.

“Pada Januari, tingkat losses mulai turun ke 0,23 persen dan bulan selanjutnya menyentuh angka target 0,2 persen. Kami akan terus menekan tingkat losses tersebut atau mempertahankan level terbaik itu sehingga target supply losses 0,2 persen sampai akhir tahun dapat dicapai. Apabila itu terjadi, dalam perhitungan kami setidaknya efisiensi yang dapat diperoleh dari upaya itu dapat mencapai US$ 100 juta,” katanya.

Untuk mencapai target tersebut, kata Wianda, akan dilakukan langkah-langkah di antaranya; penggunaan teknologi untuk mencegah deviasi dalam proses pengangkutan, seperti autoschedulling shipment mobil tanki, GPS tracking mobil tanki; pencegahan deviasi perhitungan dengan melakukan revitalisasi ATG (automatic tank gauging), metering system pada terminal penyaluran, backloading, dan terminal untuk pipanisasi; dan pembuatan aplikasi-aplikasi yang dapat menjamin keakuratan perhitungan kargo.(Nrm)