Sukses

MEA Jadi Ujian Pertama RI Buat Libas Negara Lain

Ekspor produk mebel Indonesia baru mencapai US$ 1,7 miliar atau kalah jauh dari Vietnam yang belum lama ini menjadi negara anggota ASEAN.

Liputan6.com, Jakarta - Delapan bulan lagi, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) akan menghadapi era perdagangan bebas dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Era perdagangan bebas ini dianggap Menteri Perdagangan Rachmat Gobel sebagai ujian pertama Indonesia untuk bisa mengalahkan negara lain.

Rachmat mengaku, seluruh negara ASEAN akan mulai berjibaku di era MEA per 1 Januari 2016. Di mana kesepakatan perdagangan antar negara anggota ASEAN bakal diberlakukan sehingga menuntut kesiapan pemerintah dan para pelaku usaha di Indonesia.

"Kami harus mempersiapkannya supaya bisa menjadi pemenang di MEA, karena perdagangan kita ke negara ASEAN cuma surplus dengan Filipina, Kamboja dan Myanmar. Sedangkan dengan negara lain, perdagangan kita defisit," terang dia di kantornya, Jakarta, Senin (13/4/2015).

Dia menilai, MEA merupakan tantangan luar biasa supaya Indonesia bukan saja dibidik sebagai pasar saja tapi juga sebagai basis produksi melalui pembukaan maupun perluasan investasi asing dan dalam negeri.

"MEA adalah ujian pertama kita sebelum melakukan kesepakatan lain seperti Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), dan kemitraan dengan negara lain. Kalau di MEA kita sukses, maka negara lain tidak perlu khawatir," ucap Rachmat.

Pendiri dan Presiden Direktur Panasonic Gobel Indonesia itu mencontohkan, ekspor produk mebel Indonesia baru mencapai US$ 1,7 miliar atau kalah jauh dari Vietnam yang belum lama ini menjadi negara anggota ASEAN. Vietnam mampu mendulang ekspor US$ 5,1 miliar ‎.

"Ini menunjukkan gambaran bagaimana posisi kita semua, belum lagi produk lain seperti kerajinan tangan yang cuma US$ 694 juta. Kita cuma 2 persen hingga 3 persen dari total pangsa pasar dunia. Ekspor tekstil saja menyumbang 30 persen selama ini. Serbuan produk garmen atau pakaian ilegal bekas menghambat pembangunan nasional kita," jelasnya.

Salah satu upaya meningkatkan ekspor dan memperkuat pasar domestik, Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) melanjutkan kerja sama terkait Pembinaan Dunia Usaha Nasional.

Paska penandatanganan ini, Rachmat dan pelaku usaha akan menindaklanjutinya dengan membuat peta persoalan atau hambatan yang selama ini mengganjal ekspor Indonesia, membangun industri menengah dan besar.

"Ironis kan kalau kita genjot ekspor besar, tapi pasar domestik kita diserbu impor. Jadi saya mau seimbangkan. 30 persen untuk ekspor dan 70 persen domestik. Kemendag juga menjaga pasar supaya produk berkualitas, jika tidak misalnya pakaian bekas ilegal bisa mematikan industri kita. Targetnya satu bulan peta permasalahan sudah selesai," tandas Rachmat. (Fik/Gdn)