Sukses

Ini Penyebab Konversi BBM ke BBG Tak Sukses

Konversi BBM ke BBG pada sektor transportasi tak semudah peralihan minyak tanah ke elpiji di rumah tangga.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mendapat apresiasi dunia karena berhasil melakukan konversi minyak tanah ke elpiji pada sektor rumah tangga. Namun hal tersebut tak diikuti di sektor transportasi.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) pada sektor transportasi tak semudah sektor rumah tangga.

"Diversifikasi yang lebih bersih dan lebih murah tentu tidak semua fosil berhenti. Kendaraan beda dengan konversi minyak tanah dengan mobil," kata Kalla, dalam sebuah seminar, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (14/4/2015)

Kalla menyebutkan, kesulitan konversi BBM ke BBG pada sektor transportasi karena sifatnya lebih rumit. Sementara sektor rumah tangga hanya menggunakan tabung dan menyediakan kompor. "Karena tabung tak bergerak, kalau mobil dia bergerak," tegas Jusuf Kalla.

Selain itu, infrastruktur Stasiun Pengisan Bahan Bakar Gas (SPBG) di Indonesia belum merata, sehingga membuat masyarakat berpikir ulang jika ingin mengganti bahan bakar kendaraannya.

Kalla menambahkan, kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas harus didesain ulang. Lantaran, saat ini kendaraan yang sudah beredar desainnya tidak menggunakan BBG.

"kalau Jakarta ke Bandung bagaimana? Kalau di Bandung tidak ada ini harus mobil baru tidak bisa mobil bekas, desain mobil sulit kalau bagasi penuh," jelasnya.

Selain transportasi darat, transportasi laut juga menjadi sasaran konversi BBM ke BBG, namun untuk menerapkan hal tersebut membutuhkan terminal penyimpanan gas.

"Konversi kapal ke gas dengan syarat receiving terminal dimana, kalau tidak ada tidak jalan tapi lebih baik dengan LNG kecil," pungkasnya. (Pew Ndw/)