Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meminta kepada masyarakat dan pemerintah daerah (Pemda) agar tidak takut dengan reklamasi pantai. Beberapa negara lain justru menjadi maju setelah melakukan reklamasi.
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sudirman Saad mengatakan, hampir semua negara maju di dunia melakukan reklamasi pada wilayah perairannya. "Tidak ada negara maju di dunia ini yang tidak melakukan reklamasi pantai," ujarnya di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Dia mencontohkan, negara pesisir yang kering seperti Dubai bisa berubah menjadi negara dengan daya tarik pariwisata yang tinggi karena melakukan reklamasi pada wilayah pantainya. Uniknya lagi, tanah reklamasi yang bernama Palms Islands dibentuk menyerupai pohon kurma dan didalamnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
"Dubai yang kering kerontang seperti itu, dulunya tidak punya minyak bumi. Dia bikin reklamasi bentuk pohon kurma. Di sana yang tinggal para ekspatriat. Jadi reklamasi banyak bawa untung," lanjutnya.
Selain Dubai, negara lain yang sukses dengan reklamasinya yaitu Jepang. Reklamasi di negara tersebut bahkan disebut membawa keuntungan bagi produksi ikan negeri sakura ini.
"Di Teluk Tokyo yang dibangun reklamasi. Kenapa masyarakatnya pro? Karena kewenangannya di koperasi perikanan mereka. Setiap ada reklamasi koperasi perikanan dapatt manfaat dari situ," tandasnya.
Sebelumnya, pengamat tata kota kota dari institut Teknologi Bandung (ITB), Hesti D Nawangsidi juga mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, reklamasi sebenarnya sangat dibutuhkan untuk mengakomodasi perkembangan. Ia mencontohkan dengan reklamasi yang rencananya akan dilakukan di Jakarta.
"Pendapat tentang reklamasi yang ramai di media menunjukkan perhatian publik cukup besar. Karenanya pandangan komprehensif tentang reklamasi perlu dikomunikasikan dengan baik. Selain dampak negatif yang perlu dikendalikan, kita harus lebih memahami manfaat reklamasi yang memang dibutuhkan Jakarta," kata Hesti di Jakarta, Minggu (29/3/2015).
Ia mengatakan, luas daratan di kota Jakarta hanya sekitar 65 ribu hektare dengan bagian selatan Jakarta merupakan daerah resapan air. Sehingga, Ibukota sudah semestinya menyiapkan lahan baru untuk menampung perkembangan warga. Wilayah itu paling mungkin berada di daerah Jakarta Utara.
"Karena kondisi lingkungan di daerah utara Jakarta, relatif tidak memenuhi syarat. Dengan kata lain, kualitas lingkungan daerah Jakarta utara membutuhkan revitalisasi. Jadi, reklamasi sekaligus juga sebagai jawaban kebutuhan untuk revitalisasi daratan pantai lama di DKI Jakarta," tutur Hesti.
Menurut Hesti, Indonesia perlu belajar dari Singapura, Dubai, maupun Belanda dalam hal keberhasilan reklamasi ini. Sebab, jika dilihat dari segi teknis, kemampuan negara itu tidak diragukan lagi.
"Jika kita berkunjung ke Singapura dan juga Hong Kong, tanpa kita sadari kita akan menikmati hasil reklamasi yang telah dimanfaatkan sebagai lokasi wisata atau fasilitas publik lainnya," ujar dia.
Namun begitu, sambung Hesti, Jakarta tak boleh berkecil hati. Kota metropolis ini dapat segera menyusul kota-kota lain mancanegara yang berhasil melakukan reklamasi. Namun untuk mewujudkannya perlu komunikasi intensif.
"Di Indonesia, kita membutuhkan komunikasi dialektik yang intensif untuk mewujudkan upaya reklamasi. Kita perlu membangun pemahaman yang lebih mendalam mengenai reklamasi, sehingga dapat dicapai persepsi dan opini yang obyektif," jelas Hesti. (Dny/Gdn)
Masyarakat Tak Perlu Takut dengan Reklamasi
Reklamasi di Jepang membawa keuntungan bagi produksi ikan negeri sakura tersebut.
Advertisement