Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mengalami kekurangan pasokan gas sebesar 1,5 juta kaki kubik pada tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh kurang meratanya pasokan gas. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan, defisit gas tersebut akan bertambah pada 2025 mencapai 4,5 juta kibuk feet.
 "Suplai gas dan neraca gas bumi nasional kami dapat laporkan Indonesia defisit 1,5 juta kubik feet dan meningkat 4,5 juta kubik feet di 2025," kata Dwi di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Untuk menutupi kekurangan pasokan gas tersebut, lanjut Dwi, Pertamina melakukan impor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).
Selain itu, Pertamina juga melakukan pembangunan infrastruktur gas, diantaranya adalah terminal pengelolaan LNG terapung (Floating Storage Regasification Unit/FSRU) dan terminal regasifikasi.
"Sebagai antisipasi Pertamina impor LNG Kami dorong lakukan infrastruktur FSRU Jawa Barat, konversi kilang LNG Arun untuk diregasifikasi. Dan pengembangan terminal regasifikasi dan mini LNG di Timur," ungkapnya.
Menurut Dwi, kekurangan pasokan gas tersebut ditengarai oleh kurang meratanya infrastruktur untuk menyalurkan gas, sehingga ada wilayah yang kelebihan dan kekurangan gas.
"Hambatan belum adanya integrasi infrastruktur gas antara timur dan barat. Jadi perlu ada agregator nasional untuk jaga infrastruktur gas nasional," pungkasnya. (Pew/Ndw)
Advertisement