Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menolak wacana merger bank-bank BUMN. Alasannya, keberadaan satu bank akan sulit untuk bisa melayani penduduk Indonesia.
Sebab itu, pria yang akrab disapa JK itu mendorong agar bank-bank tersebut memperkuat bisnis inti (core business) saja.
"Ini negara besar, dengan 250 juta penduduk, pulaunya berapa, tidak mungkin dilayani oleh hanya 1 bank pemerintah. Ini jangan samakan dengan Singapura, Malaysia. Ini justru mereka harus berjalan tetapi sesuai dengan arah masing-masing yang tentu ada yang diutamakan," kata JK, di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (16/4/2015).
JK mencontohkan untuk Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebaiknya menguatkan core bisnis di pelayanan usaha mikro kecil dan menegah (UMKM), Bank Mandiri menguatkan di area industri atau perdagangan, dan Bank Tabungan Negara (BTN) di area perumahan.
"Jadi sudah ada masing-masing arahnya. Kalau di rombak-rombak, dibuka lagi, kacau balau nanti dan makan tempo. Itu lebih banyak ongkosnya dari pada operasinya nanti. Kita lupakan saja berpikir merger," ujar dia.
Komisaris Utama BRI Mustafa Abubakar juga sepakat dengan JK, bahwa bank BUMN tidak perlu melakukan merger. BRI yang berdiri sendiri dikatakan mampu menyamai keuntungan Bank Mandiri. BRI nantinya akan memperkuat pelayanan di bidang UMKM.
"Kita harap 80% betul-betul UMKM dan pemegang saham komitmen dengan itu. Kalau BRI memperbesar porsi hanya pada korporasi yang besar-besar, itu jelas salah. Kalau pun akan masuk ke infrastruktur maka akan dipilih infrastruktur yang mempunyai multiplier efek yang besar pengaruhnya pada UMKM," papar dia.
Mustafa menjelaskan hanya ada 2 sektor infrastruktur yang paling memungkinkan bagi BRI untuk ambil peran, yaitu pembangkit tenaga listrik dan pembangunan jalan.
"Listrik sudah masuk. Sekarang tinggal pengembangan karena program 35 ribu MW itu kan lima tahun. BRI siap sekali di situ. Jalan sudah masuk juga, sindikasi ke jalan tol pun sudah ada. Jadi dengan ada jalan dan PLN seperti itu multiplier efeknya besar," pungkas dia. (Nrm)
Â
Advertisement