Sukses

Jatuhnya QZ 8501 Bikin Bos AirAsia Jadi Orang Berpengaruh Dunia

Mampu melalui masa terburuk yang dialami perusahaan membuat CEO AirAsia Tony Fernandes menjadi salah satu orang paling berpengaruh di dunia

Liputan6.com, New York - Tak hanya para pimpinan dunia, sejumlah nama pengusaha handal juga ikut meramaikan jajaran orang paling berpengaruh di dunia versi Time. Salah satunya adalah CEO AirAsia Tony Fernandes yang baru saja mengalami pengalaman terburuk dalam sejarah bisnis maskapai penerbangannya, saat pesawat dengan nomor penerbangan QZ 8501 jatuh di perairan Kalimantan saat hendak bertolak ke Singapura akhir tahun lalu.

Mengutip ulasan versi Time, Jumat (17/4/2015), banyak masyarakat dunia memuji cara Fernandes keluar dari masa-masa terburuknya kala itu.

Di tengah hilangnya QZ 8501, Fernandes berhasil mengatasi masalah tersebut dengan tetap menjadi diri sendiri. Pria yang penuh rasa kekeluargaan tanpa melepaskan sosok pengusaha dalam dirinya.

Dia memimpin perusahaan dan para karyawannya melewati masa kelam tersebut. Dia juga aktif menemui keluarga para penumpan dan kru pesawat yang ikut tewas dalam penerbangan tersebut.

"Saat AirAsia terus berusaha mencari para penumpang tewas, Fernandes bertindak sebagai teman, ayah dan anak dari keluarga yang tengah berkabung," tutur Pendiri Virgin Group Richard Branson.

Akhir dari setiap petualangan akan menemukan rumahnya. Begitu juga akhirnya Fernandes berhasil membantu setiap penumpang pesawat naas tersebut kembali ke tangan pihak keluarga.

"Fernandes berhasil membantu perusahaan meraih kembali kepercayaan dari para penumpang," kata Branson.

Awal perjalanan bisnis Fernandes juga terbilang luar biasa. Tony Fernandes membeli AirAsia yang hampir bangkrut dari pemerintah Malaysia pada tahun 2001.

Awalnya, semua orang sangsi jika bisnis penerbangan ini akan berhasil. Pasalnya, pembelian AirAsia ini hanya beberapa waktu setelah peristiwa 9/11 yang membuat banyak orang takut untuk naik pesawat terbang.

Pria keturunann India ini, membeli AirAsia dengan harga yang sangat murah, yaitu sebesar RM 1 atau sekitar Rp 36.000 (kurs: Rp 12.422/US$).

Meskipun dirinya membeli AirAsia hanya seharga RM 1, dirinya dibebankan utang sebanyak RM 40 juta atau sekitar Rp 142,1 miliar. Hal ini memaksa Fernandes untuk menggadaikan rumah dan seluruh uang simpanannya untuk merevitalisasi AirAsia.

Ternyata, Fernandes berhasil membalikkan prediksi tersebut. Hanya dalam waktu 2 tahun, AirAsia berekspansi ke Indonesia, Jepang, Filipina dan Thailand dan menjadi maskapai penerbangan termurah di wilayah tersebut. (Sis/Nrm)

Video Terkini