Sukses

Peluncuran BBM Pertalite Murni Ide Pertamina

Rencana peluncuran Pertalite merupakan inisiatif dari Pertamina dan bukan instruksi dari pemerintah pusat.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan hingga saat ini pemerintah belum bertemu dengan PT Pertamina (Persero) untuk membahas produk BBM terbaru yaitu Pertalite.

Menurutnya, rencana peluncuran Pertalite merupakan inisiatif dari Pertamina dan bukan instruksi dari pemerintah pusat.

"Jadi Pertalite baru wacana Pertamina, dia lempar balon dulu. Belum ada bahasan. (Rakornya) tidak ada," ujarnya di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (21/4/2015).

Sofyan juga belum bisa memberikan komentar mengenai rencana Pertamina untuk meluncurkan BBM baru tersebut pada Mei mendatang.

"Pertalite itu belum ada produknya bagaimana masalahnya. (Diluncurkan Mei), tidak itu wacana mereka saja," lanjutnya.

Menurut dia, hal penting bagi pemerintah adalah bagaimana agar harga premium tetap terjangkau bagi masyarakat, Salah satunya dengan meningkatkan produksi minyak di dalam negeri. Sehingga tidak selalu bergantung pada impor.

"Yang penting itukan harga premium. Kita banyak sekali hambatan seperti kilang dan lain-lain," kata dia.

Dia juga mengungkapkan, dengan produksi minyak Indonesia yang hanya sekitar 800 ribu barel per hari, maka impor menjadi jalan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri.

"Impor itu memang sebuah keharusan.  Tapi bagaimana impornya, siapa yang impor, bagaimana mekanisme," tandasnya.

Seperti diketahui, Pertamina memastikan akan meluncurkan produk terbarunya yang dinamakan Pertalite pada Mei 2015. Produk BBM baru ini nantinya memiliki kadar RON 91.

Pertalite ini akan memiliki kualitas lebih baik daripada premium, mengingat kadar RON di premium hanya 88. Namun produk ini memiliki kualitas lebih rendah dibanding Pertamax yang memiliki RON 92.

‎Pertalite merupakan produk asli pengembangan Pertamina. Pertalite ini dipasarkan sebagai BBM transisi karena ke depan untuk jenis Premium secara perlahan akan lenyap dari pasaran. Hingga saat ini hanya Indonesia yang masih menggunakan BBM dengan kandungan RON 88 di dunia. (Dny/Ndw)