Sukses

Incar Investasi Hijau, Wapres JK Buka ‎Tropical Lanscape Summit

Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah konferensi internasional bertajuk 'Tropical Lanscape Summit (TLS): A Global Investment Opportunity'.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah konferensi internasional bertajuk "Tropical Lanscape Summit (TLS): A Global Investment Opportunity" 2015. Pembukaan acara tersebut berlangsung pada hari ini (27/4/2015)  dan rencananya dihadiri Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla.

Forum ini sangat penting ‎untuk menarik investasi menuju ekonomi hijau (green economy) di Indonesia. Dari agenda yang diterima Liputan6.com, konferensi internasional TLS akan dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla pukul 08.30 WIB dan dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 16.30 WIB di Hotel Shangrila, Jakarta. Investasi hijau, diantaranya pengelolaan sumber daya alam lestari masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Diselenggarakan pada 27-28 April 2015, acara TLS ditargetkan mampu mendatangkan sekira 500 pemimpin perusahaan dari nasional maupun internasional. Diantaranya Presiden Direktur Unilever Indonesia Hermant Bakshi, Direktur PT SMART Tbk Agus Purnomo, CEO Cargill Indonesia Jean-Louis Guillou General Direktur WWF Internasional Marco Lambertini, Director of Sustainability Credit Suisse Ben Ridley, dan masih banyak lainnya.

Dalam konferensi pers sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani mengungkapkan, BKPM bekerjasama dengan kantor Staf Kepresidenan dan United Nations Office for REDD+ Coordination (UNORCID) dalam menggelar forum akbar ini.

Rencananya hadir pula para menteri yang terkait pembangunan lanskap tropis, seperti Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan Menteri Perindustrian Saleh Husin, serta para pelaku usaha dan berbagai organisasi yang terlibat dalam pembangunan berkelanjutan.

"Kami targetkan dengan forum ini bisa menarik kenaikan investasi hijau atau ramah lingkungan sebesar 20 persen untuk PMDN dan PMA," ujar Franky.

Lebih jauh dijelaskannya, upaya ini bertujuan mengejar target investasi pada 2015 sebesar Rp 519,5 triliun atau tumbuh sekira 14 persen dari pencapaian tahun sebelumnya. Investasi ini meliputi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dipatok Rp 175,8 triliun dan Rp 343,7 triliun PMA (Penanaman Modal Asing).

‎Data menunjukkan nilai investasi hijau yang sudah diperoleh dari realisasi penanaman modal sepanjang 2010-2014, terdiri dari Rp 139,17 triliun dari PMDN dan US$ 26,8 miliar dari PMA.


Franky menyebut, ada delapan kelompok bidang usaha yang masuk kategori investasi hijau, yakni sektor panas bumi, pengadaan listrik, pariwisata, pertanian, kehutanan, perikanan, pengolahan sampah dan daur ulang.

"Contohnya program peningkatan produksi biodiesel dan proyek 35 ribu megawatt kapasitas listrik akan menggunakan solar cell,energi panas bumi, air dan sebagainya," terangnya.

Sementara Menteri Perindustrian Saleh Husin pernah menyatakan, pemerintah akan memfasilitasi perusahaan industri untuk memenuhi standar industri hijau melalui pemberian insentif non fiskal, penguatan kapasitas kelembagaan dan fasilitas dalam kegiatan promosi.

"Saat ini Kemenperin sudah mulai menerapkan pemberian penghargaan industri hijau kepada perusahaan yang ada di Indonesia. Diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam mendorong industri nasional yang kompetitif dan meningkatkan kontribusi industri hijau terhadap PDB nasional," pungkasnya. (Fik/Ndw)