Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengajak para pebisnis untuk menjalankan usahanya berbasis [ramah lingkungan](aat pebisnis menjalankan usahanya secara ramah lingkungan, artinya mereka menghargai hak manusia. ""). Saat ini, masyarakat internasional mulai paham pentingnya menjaga lingkungan.
"Jika tidak menerapkan ekonomi yang ramah lingkungan semua orang nggak mau beli produk Anda," kata JK saat membuka Tropical Landascapes Summit: a Global Investment Opportunity, di Hotel Shangri-la, Jakarta, Senin (27/4/2015).
Menurut JK, saat pebisnis menjalankan usahanya secara ramah lingkungan, artinya mereka menghargai hak manusia. Sebab, alam yang baik berdampak baik pula bagi keberlangsungan hidup manusia.
Forum internasional yang dihadiri perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mantan Presiden Meksiko Felipe Calderon ini juga diminta jangan sebatas memberikan masukan-masukan yang tak berarti, tapi harus bisa dijalankan para pebisnis.
"Begitu banyak pertemuan, di Rio, Tokyo, Doha, dan nanti akan ada di Paris, bagaimana kita terapkan program ini secara berkelanjutan. Kita banyak pertemuan tapi tak ada kelanjutan. Indonesia punya banyak pengalaman bagaimana alamnya hancur dan menderita," tegas JK.
Dikatakan, tugas menjaga ekosistem merupakan tanggung jawab dunia, bukan hanya Indonesia saja. Negara ini harus bekerjasama memberantas kerusakan hutan. Tugas ini pun menjadi kewajiban bersama dengan negara lain.
JK menuturkan 50 tahun lalu, hutan di Indonesia belum ada yang dirusak, masih asri dan hijau. Namun, negara-negara maju datang dan mulai melakukan eksploitasi dengan tidak bertanggung jawab.
"Saya bilang 50 tahun lalu, hutan kita bagus 100 juta hektar dan siapa yang hancurkan? Itu negara-negara maju. Kita nggak tahu cara hancurkan hutan sampai negara Amerika bawa Caterpilar dan hancurkan hutan. Setelah mereka datang, perusahaan Jepang datangkan Komatsu dan hancurkan datang lebih banyak lagi. Korea datang dengan Hyundai," jelas dia.
Menurut dia, Indonesia dan Brazil yang memiliki wilayah hutan tropis tak bisa begitu saja disalahkan terkait mitigasi perubahan iklim. Sebab negara maju sendiri masih menjadi konsumen produk hutan asal kedua negara ini.(Silvanus/Nrm)