Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dinilai harus berhati-hati dalam pengelolaan anggaran agar tidak bernasib sama dengan Yunani. Pasalnya saat krisis ekonomi parah pada 1998 lalu, ekonomi Indonesia menyentuh minus 18 persen.
Yunani tengah dilanda krisis hebat terkait dengan utang jatuh tempo kepada International Moneter Fund (IMF) dan Bank Sentral Eropa yang mencapai 195,1 juta Euro pada 6 Mei mendatang. Badai krisis menimpa Yunani akibat kesalahan masa lalu dalam pengelolaan anggaran.
"Makanya kita mau mengurangi defisit anggaran di 2016 dengan meningkatkan penerimaan pajak dan non pajak. Mengurangi ketergantungan utang, jangan utang dianggap segalanya walaupun utang kita terhadap PDB masih kecil," ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, Rabu (29/4/2015).
Bambang mencatat, rasio utang terhadap PDB Indonesia saat ini sebesar 25 persen. Angka tersebut jauh lebih kecil dibanding Jepang dan Amerika Serikat masing-masing 200 persen dan 100 persen. "Jadi pelan-pelan kita turunkan rasio utangnya," cetus dia.Â
Bambang bercerita, Yunani saat ini tengah dihadapkan pada krisis karena negara tersebut harus mencicil utang jatuh tempo yang sangat besar ke IMF dan Eropa. "Pemerintah Yunani sekarang sedang bingung karena harus bayar utang sangat besar ke IMF dan Eropa," ujarnya.
Dia menjelaskan, utang yang menggunung tersebut akibat pengelolaan anggaran di tahun-tahun sebelumnya yang sangat mudah dalam penggelontoran anggaran untuk kebutuhan belanja. Hal ini menyebabkan defisit anggaran Yunani menembus 8 persen. Â
"Untuk menambal defisitnya, dengan mudah mereka mengeluarkan surat utang ke market. Saat ada masalah ekonomi, surat utangnya nggak laku," terangnya.
Akhirnya, kata Bambang, negara ini di ambang kebangkrutan. Presiden dan Wakil Presiden yang menang dalam pemilihan umum sekarang ini harus membayar utang ke IMF dan Eropa. "Jika tidak bayar, Yunani dianggap bangkrut atau default," tegasnya. (Fik/Nrm)
Advertisement