Sukses

Kepastian Impor Beras Bakal Diputus Juli

Dalam beberapa bulan belakangan ini, harga beras terus melambung sehingga membuat penyerapan Perum Bulog tidak maksimal.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator bidang Perekonomian kembali membuka opsi impor beras dalam waktu dekat ini. Langkah tersebut dilakukan untuk mengontrol harga komoditas sehingga sasaran inflasi di kisaran 4 persen di akhir tahun ini bisa tercapai.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menjelaskan, salah satu penyumbang terbesar angka inflasi adalah kenaikan harga beras. "Jadi kalau pengumpulan beras tidak banyak seperti yang diharapkan, pemerintah tetap buka opsi impor," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (6/5/2015).

Pemerintah cukup khawatir dengan kondisi harga beras saat ini. Dalam beberapa bulan belakangan ini, harga beras terus melambung sehingga membuat penyerapan Perum Bulog tidak maksimal. Perusahaan pelat merah tersebut telah memiliki harga patokan untuk membeli gabah dari petani. Jika harga gabah di atas patokan tersebut maka Bulog tidak bisa membelinya.

"Paling sedikit untuk beras, katanya absorbsi Bulog tidak sebanyak yang diharapkan," jelas Sofyan. Dia melanjutkan, untuk kepastian impor akan dilakukan finalisasi pada Juli ini. "Juli, sekarang masih panen, harapkan Bulog bisa menyerap sebanyak mungkin," tandas dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi April 2015 sebesar 0,36 persen. Secara year on year inflasi tercatat 6,79 persen. Sedangkan tahun kalender Maret-April terjadi inflasi 0,08 persen.

Kepala BPS Suryamin mengatakan inflasi komponen inti April 2015 mencapai 0,24 persen sementara core inflasi 5,04 persen. "Inflasi tertinggi terjadi di Tual 1,31 persen dan inflasi terendah Cilacap 0,02 persen," katanya. Dia mengatakan, inflasi 0,36 persen akibat kenaikan biaya transportasi usai pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Maret.

Apa yang diungkapkan oleh Sofyan Djalil ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bahwa pemerintah tidak akan mengimpor beras pada tahun ini. Menurut JK, stok beras dalam negeri memang telah menipis, namun karena saat ini telah memasuki musim panen maka stok tersebut akan kembali normal.

"Kan bulan ini petani-petani sudah panen, jadi memang secara terus menerus akan terjadi supply lebih baik meskipun konsumsi jalan terus. Jadi beras itu kan konsumsinya terus, tapi produksinya yang turun naik. Pada waktunya nanti kalau panen raya ya pasti supply padi," kata Jusuf  di akhir Maret lalu.

Ia juga menuturkan setelah dilakukan uji coba konsumsi, kebutuhan beras di Indonesia hanya sekitar 27 juta ton hingga 28 juta ton beras per tahun. Sampai saat ini, produksi dalam negeri masih memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut.

"Selama supply-nya cukup ya sebenarnya setelah kami uji coba konsumsi nasional hanya kira-kira 27 juta ton sampai 28 juta ton beras. jadi mungkin produksi itu sekitar 45 juta ton hingga 46 juta ton padi, bukan 70 juta ton per tahun," terangnya. (Amd/Gdn)

Video Terkini