Sukses

3 Tantangan Finansial yang Dihadapi Indonesia

Jika Indonesia ingin mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, maka dibutuhkan US$ 80 miliar tiap tahun utnuk membangun infrastruktur.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan negara yang sangat beruntung karena mampu menghadapi dan lolos dari krisis financial yang terjadi pada 1998 dan 2008. Meski begitu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, Indonesia dan beberapa negara berkembang di Asia masih menghadapi tiga tantangan besar.

"Pertama mengenai infrastruktur. Negara berkembang seperti Indonesia masih perlu melakukan percepatan pembangunan di bidang infrastruktur seperti pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, yang membutuhkan investasi dalam jumlah besar," terang Budi saat memberikan sambutan di acara Institute of International Finance (IIF) Asia Summit di Jakarta, Kamis (7/5/2015).

Menurutnya, ada perbedaan jumlah anggaran yang cukup signifikan antara negara maju dan berkembang mengenai pembangunan infrastruktur. Negara-negara maju seperti Jepang menghabiskan sebagian besar pendapatan negara untuk membangun infrastruktur yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi negaranya. Begitu pula yang terjadi di China.

"Jadi kalau Indonesia mau mempercepat laju pertumbuhan ekonominya, maka dibutuhkan US$ 80 miliar tiap tahun utnuk membangun infrastruktur," terangnya.

Tantangan kedua yang kini dihadapi negara berkembang di Asia khususnya Indonesia, adalah akses terhadap keuangan. Budi mengatakan, banyak orang Indonesia yang tak punya akses pada pendanaan.

"Dalam 350 tahun, cuma 60 juta rakyat yang punya akses untuk pendanaan. Mungkin butuh ratusan tahun lagi, agar setiap orang bisa memiliki akses pada pendanaan. Itu terlalu lama," tuturnya.

Padahal akses pendanaan yang merata merupakan elemen penting mengingat dengan menyimpan uang di sistem perbankan, masyrakat dapat membantu membangun ekonomi. Budi bahkan menyindir, saat ini smoking inclusion lebih tinggi dibandingkan financial inclusion mengingat kemudahan akses masyarakat mendapatkan rokok.

Terakhir, Budi mengatakan, bagaimana rencana pengaturan global dapat meningkatkan peran pengusaha kecil menengah dalam menggerakan perekonomian negara. Terlebih lagi mengingat peran Asia sebagai penggerak ekonomi global.

"Kredit untuk pengusaha kecil dan menengah, pendanaan untuk pengusaha kecil dan menengah. Itu yang akan kami bahas," tandasnya. (Sis/Gdn)